Skip to main content

Trustworthiness of Data

  Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1.       Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2.       Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3.       Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.

lp askep gerontik dengan hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Kemajuan teknologi yang disertai  keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta keberhasilan dalam program kesehatan. Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat.
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit menular menjadi degeneratif.
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik..

B.       Tujuan
Untuk mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan gerontik dengan hipertensi.



BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP DASAR LANSIA
A.      Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a.         Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.         Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahu
c.         Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d.        Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

B.       Teori Proses Menua
1.         Teori – teori biologi
a.         Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b.        Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c.         Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
lp-askepgerontik-HT.azam.bloggespot.com
lp-gerontik-hipertensi.azam.bloggespot.comDi dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d.        Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e.         Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f.         Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g.        Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h.        Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2.         Teori kejiwaan sosial
a.         Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b.        Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c.         Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1)        kehilangan peran
2)        hambatan kontak sosial
3)        berkurangnya kontak komitmen
C.       Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1.         Permasalahan umum
a.         Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b.        Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c.         Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d.        Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e.         Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.         Permasalahan khusus :
a.         Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
b.        Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c.         Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d.        Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e.         Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
f.         Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia
D.      Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1.         Hereditas atau ketuaan genetik
2.         Nutrisi atau makanan
3.         Status kesehatan
4.         Pengalaman hidup
5.         Lingkungan
6.         Stres
E.       Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1.         Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2.         Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a.              Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b.             Kesehatan umum
c.              Tingkat pendidikan
d.             Keturunan (hereditas)
e.              Lingkungan
f.              Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g.             Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h.             Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i.               Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.
3.         Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
F.        Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu:
1.         Gangguan pendengaran
2.         Depresi mental
3.         Bronkhitis kronis
4.         Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5.         Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
6.         Demensia



KONSEP DASAR HIPERTENSI
A.      Definisi Hipertensi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001)

B.       Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a.         Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
b.         Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1)      Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
2)      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
c.         Stress Lingkungan.
d.        Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
1)       Elastisitas dinding aorta menurun
2)       Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3)       Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4)       Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5)       Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1)        Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ), Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
2)        Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), Kegemukan atau makan berlebihan, Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1)        Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor
2)        Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis
3)        Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
4)        Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB
5)        Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

C.       Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

D.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )
a.         Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b.         Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a.         Mengeluh sakit kepala, pusing
b.         Lemas, kelelahan
c.         Sesak nafas
d.        Gelisah
e.         Mual muntah
f.          Epistaksis
g.         Kesadaran menurun

E.       Penceghan
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita  hipertensi  agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal  hipertensi, harus diambil  tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood pressure),  antara lain  dengan cara sebagai berikut  :
1.       Mengurangi konsumsi garam
2.       Menghindari kegemukan
3.       Membatasi konsumsi lemak
4.       Olahraga teratur
5.       Makan banyak sayur segar
6.       Tidak merokok  dan tidak minum alkohol
7.        Latihan relaksasi atau meditasi
8.       Berusaha membina hidup yang positif.

F.        Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a.         Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1)        Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2)        Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b.         Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1)        Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2)        Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3)        Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4)        Tidak menimbulakn intoleransi.
5)        Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6)        Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
G.      Pemeriksaan penunjang
a.              Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
b.             Glukosa. Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
c.              Kalium serum. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d.             Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e.              Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
f.              Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g.             Kadar aldosteron urin/serum. Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h.             Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i.               Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j.               Steroid urin. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k.             IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
l.               Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m.           CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n.             EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

H.      Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan  paada endothelium  pembuluh darah mendorong plasma dan lipoprotein  ke dalam intima dan lapisan sub intima  dari pembuluh darah  dan menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis. Peningkatan tekanan juga menyebabkan  hiperplasi otot polos , yang membentuk jaringan parut intima  dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan penyempitan lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila  hipertensi tidak terkontrol adalah
1.         Krisis Hipertensi
2.         Penyakut jantung  dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk  utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi.
3.         Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
4.         Ensefalopati hipertensi  yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis  mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri  yang meningkat dan kembali normal   apabila tekanan darah diturunkan.
5.         Nefrosklerosis karena hipertensi.
6.         Retinopati hipertenssi




DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7. Jakarta : EGC.
Evelyn C.pearce. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Gallo, J.J. 1998. Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. Jakarta : EGC.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
   Company. Boston
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit. Jakarta : EGC.
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Coutran.
  Jakarta : EGC.
Nugroho, Wahyud.2008. keperawatan Geronik. Jakarta : EGC.
Potter and Pery. 2005. Foundamental Keperwatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.

Comments

Popular posts from this blog

LP NSTEMI

KONSEP DASAR NSTEMI A.       PENGERTIAN NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2009). Unstable Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui merupakan suatu kesenambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard  berupa peningkatan biomarker jantung (Sudoyo, 2009). Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyeb

WOC DISTRESS SPIRITUAL

Diagnosa nanda nic noc ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)