Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
A. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah
ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer and Bare, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF)
adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung
tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
kemampuannya hanya adakalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan (Mansjoer, 2007).
Congestive Heart Failure (CHF)
adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah
guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat.
Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung
kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki,
paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2010).
B. Penyebab
Menurut Udjianti (2010)
etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi
eksterna maupun interna, yaitu:
1.
Faktor eksterna (dari
luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2.
Faktor interna (dari
dalam jantung)
3.
Disfungsi katup:
Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral,
dan insufisiensi mitral.
4.
Disritmia: atrial
fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
5.
Kerusakan miokard:
kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
6.
Infeksi: endokarditis
bacterial sub-akut
C. Klasifikasi
New York Heart
Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas: (Mansjoer,
2007)
Kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas
berat tampa keluhan
Kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas
lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
lp-chf.azam.bloggespot.com
Kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat
melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring.
D. Tanda
Dan Gejala
Menurut
Arif masjoer (2007) Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri
diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan
kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal
jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi
mitral Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
1.
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari
paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
a.
Dispnu Terjadi akibat
penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami
ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
b.
Batuk
c.
Mudah lelah Terjadi
karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
karena distress pernafasan dan batuk.
d.
Kegelisahan dan
kecemasan Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
2.
Gagal jantung kanan :
a.
Kongestif jaringan
perifer dan viseral.
b.
Edema ekstrimitas bawah
(edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan.
c.
Hepatomegali. Dan nyeri
tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepa.
d.
Anorexia dan mual.
Terjadi akibat pembesaran vena
dan statis vena dalam rongga
abdomen.
E. Patofisiologi
Kelainan
intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung iskemik,
mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume
residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel),
maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP).
Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan
meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP)
karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole.
Peningkatan
LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi
transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan
melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam
alveoli dan terjadilah edema paru-paru. Tekana arteria paru-paru dapat
meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru.
Hipertensi
pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian
seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan,
di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari
kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi
fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi
fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup
atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (Smeltzer Bare,
2010).
F.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Hitung sel darah
lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2.
Hitung sel darah putih:
Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3.
Analisa gas darah
(AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun
respiratorik.
4.
Fraksi lemak:
peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD dan
penurunan perfusi jaringan
5.
Serum katekolamin:
Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6.
Sedimentasi meningkat
akibat adanya inflamasi akut.
7.
Tes fungsi ginjal dan
hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau ginjal
8.
Tiroid: menilai
peningkatan aktivitas tiroid
9.
Echocardiogram: menilai
senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac
scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan
kontraksi.
11. Rontgen
toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi
jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG:
menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia (Udjianti,
2010)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Congestif Heart Failure:
1.
Posisi setengah duduk.
2.
Oksigenasi (2-3
liter/menit).
3.
Diet: pembatasan
natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam)
4.
Aktivitas fisik: pada gagal
jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan
peningkatan aktivitas secara teratur.
5.
Hentikan rokok dan
alkohol
6.
Meningkatkan kontraksi
(kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
7.
Menurunkan beban
jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
8.
Meningkatkan oksigenasi
dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat/
pembatasan aktifitas
9.
Memperbaiki
kontraktilitas otot jantung: Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk
tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia (Udjianti, 2010).
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN CHF
A. Pengkajian
1.
Pengkajian Primer
Airway : batuk dengan
atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen, dll
Breathing : Dispnea
saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Circulation : Riwayat
HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll. Tekanan
darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna
kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi
nafas krakles atau ronchi, oedema
2.
Pengkajian Sekunder
a.
Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
b.
Integritas ego :
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c.
Eliminasi Gejala
penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare /
konstipasi
d.
Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan. Pembengkakan
ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi abdomen,
oedema umum, dll
e.
Hygiene : Keletihan
selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f.
Neurosensori Kelemahan,
pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g.
Nyeri/kenyamanan Nyeri
dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
h.
Interaksi social :
penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
B. Diagnosa
Keperawatan dan Rencana Tindakan
1.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Perifer
Rencana Tindakan /
Intervensi :
a.
Monitor frekuensi dan
irama jantung
b.
Observasi perubahan
status mental
c.
Observasi warna dan
suhu kulit/membran mukosa
d.
Ukur haluaran urin dan
catat berat jenisnya
e.
Kolaborasi :
f.
berikan cairan IV
sesuai indikasi
g.
Pantau pemeriksaan
diagnostik dan lab. Misal EKG, elektrolit, GDA (pa O2, pa CO2 dan saturasi O2),
dan pemeriksaan oksigen
2.
Ketidakefektifan
Bersihan jalan nafas
Rencana Tindakan /
Intervensi :
a.
Catat frekuensi &
kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan.
b.
Auskultasi paru untuk
mengetahui penurunan/tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan missal
krakles, ronchi, dll
c.
Lakukan tindakan untuk
memperbaiki/mempertahankan jalan nafas misal batuk, penghisapan lendir, dll
d.
Tinggikan kepala / mpat
tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
e.
Kaji toleransi
aktifitas misal keluhan kelemahan/kelelahan selama kerja
3.
Kelebihan volume cairan
Rencana Tindakan / Intervensi
:
a.
Ukur masukan/haluaran,
catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
b.
Observasi adanya oedema
dependen
c.
Timbang BB tiap hari
d.
Pertahankan masukan
cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
e.
Kolaborasi :
f.
pemberian diit rendah
natrium, berikan diuretic
g.
Kaji JVP setelah terapi
diuretic
h.
Pantau CVP dan tekanan
darah
4.
Ketidakefektifan Pola
nafas
Rencana Tindakan /
Intervensi :
a.
Monitor kedalaman
pernafasan, frekuensi dan kespansi dada
b.
Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot Bantu nafas
c.
Auskultasi bunyi nafas
dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
d.
Tinggikan kepala dan
Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.
e.
Kolaborasi pemberian
oksigen dan pemeriksaan GDA.
5.
Intoleransi aktifitas
Rencana Tindakan /
Intervensi :
a.
Catat frekuensi
jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
b.
Tingkatkan istirahat
(ditempat tidur)
c.
Batasi aktifitas pada
dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat
d.
Jelaskan pola
peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari kursi bila
tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes,
Marilyn C.. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC.
Mansjoer,
Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta: Media
Aesculapios FKUI.
Price,
Sylvia. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4,
Jakarta: EGC.
Udjianti,
Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Smeltzer,
Bare. 2010. Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8,
Jakarta, EGC.
Comments
Post a Comment