Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi
a.
Asam urat merupakan sebutan orang
awan untuk rematik pirai (gout artritis). Penyakit ini merupakan gangguan
metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang
kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau
defosit kristal asam urat didalam persendian (Wijayakusuma, 2006).
b.
Selain itu asam urat merupakan
hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati,
ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari
penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses,
atau keringan (Sustrani, 2004).
c.
Secara umum asam urat adalah sisa
metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Purin
sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari
tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat
purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin
tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga
terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang
terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu (Hidayat, 2007).
d.
Kadar normal asam urat darah dalam rata-rata adalah antara 3 – 7
mg/dl, dengan perbedaan untuk pria 2,1 – 8,5 mg/dl dan wanita 2,0 – 6,6 mg/dl.
Untuk mereka yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Gangguan asam
urat terjadi bila kadar tersebut mencapai lebih dari 12 mg/dl (Sustrani, Alam,
Hadibroto, 2007).
e.
Gout adalah penyakit metebolik
yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat
sering ditemukan pada kaki bagia atas,pergelangan dan kaki bagian tengah.
(Muttaqin, Arif. 2008).
f.
Gout merupakan kelompok keadaan
hetero genous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau
hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
2.
Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam
pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan
hyperuricemia (Muttaqin, Arif. 2008). Hyperuricemia pada penyakit ini
disebabakan oleh :
a.
Pembentukan asam urat yang
berlebih.
1)
Gout primer metabolik disebabkan
sistensi langsung yang bertambah.
2)
Gout sekunder metabolik
disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti
leukimia.
b.
Kurang asam urat melalui ginjal.
1)
Gout primer renal terjadi karena
ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui
2)
Gout sekunder renal disebabkan
oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal
kronik.
3.
Patifisiologi
Menurut Corwin
(2009) Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan.
a.
Presipitasi kristal monosodium
urat.
Presipitasi monosodium urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya
bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
b.
Respon leukosit polimorfonukuler
(PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan
faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan
terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c.
Fagositosis
Kristal difagositosis olah
leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling
kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d.
Kerusakan lisosom
lp-asam-urat.azam.bloggespot.com
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah
selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal
membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim
dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e.
Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel,
enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan
kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
4.
Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer Arif, (2001)
Gout berkembang dalam 4 tahap :
a.
Tahap Asimptomatik :
Pada tahap ini kadar asam urat
dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
b.
Tahap Akut :
Serangan akut pertama datang
tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang
pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan
dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
c.
Tahap Interkritikal :
Pada tahap ini penderita dapat
kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa
merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang
bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada
serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang
hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
d.
Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila
penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5
kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih
panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak
dan kaku pada sendi yang sakit.
5.
Test Diagnostik
Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (> 6mg/dl).
Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg/dl dan pada wanita 7 mg/dl.
Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara
enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dengan LED meninggi
sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg/dl/24 jam).
Disamping ini
pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan
diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali
sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan
gambarankristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.
Pemeriksaan diagnostic dapat berupa :
a.
Asam urat meningkat
b.
Sel darah putih dan sedimentasi
eritrosit meningkat (selama fase akut)
c.
Pada aspirasi sendi ditemukan aam
urat
d.
Pemeriksaan urin
e.
Rontgen
6.
Komplikasi
a.
Nodulus reumatoid
ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata, atau
limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat terjadi
apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
b.
Vasulitis (inflamasi sistem
vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark. Penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres keluarga dapat
menyertai eksaserbasi penyakit.
7.
Penatalaksanaan
Perawatan yang
dapat dilakukan berupa tindakan darurat sewaktu terjadi serangan, pengobatan
dokter, dan perawatan sendiri setelah memperoleh diagnosa. Bila terjadi
serangan gout secara tiba-tiba maka tindakan darurat yang bisa dilakukan adalah
(Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ) ;
a.
Istirahatkan sendi agar lekas
sembuh, beri kompres dingin beberapa jam sekali
selama 15 sampai 20 menit pada sendi yang nyeri untuk mengurangi nyeri .
b.
Minum obat penahan sakit
(analgesik biasa), untuk menghilangkan
rasa nyeri.
c.
Minum banyak air (lebih dari 3,5
liter atau 8 sampai 10 gelas sehari) untuk membantu mengeluarkan asam urat dari
tubuh melalui urin.
d.
Bila terjadi komplikasi
kelumpuhan pada penderita berusia sangat lanjut, perlu dilakukan perawatan
khusus untuk melatih agar dapat bergerak mandiri.
Pencegahan :
Belum ditemukan
cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat pada umumnya adalah
menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan misalnya; latihan
fisik berlebihan stres, dan makanan yang mengandung purin berlebihan seperti
daging, jerohan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun serangan berulang
dapat dicegah dengan pemberian obat, tetapi mengurangi konsumsi makanan
berlemak dan alkohol dapat memperkecil kemungkinan terjadi serangan gout.
Mengenali jenis
makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan
demikian dapat mengontrol asupan
semaksimal mungkin. Adapun jenis bahan makanan yang dapat dikenali adalah
(Yenrina, 2008 ) ;
a.
Kadar tinggi (150-180 mg/100 g)
:Jerohan (hati,ginjal,jantung, limpa, paru, otak) dan sari pati daging.
b.
Kadar sedang (50-150 mg/ 100 g)
:Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, asparagus dan
jamur.
c.
Kadar rendah (dibawah 50 mg/100 g
) : Gula telur dan susu
Mengimbangi konsumsi makanan
tersebut dengan minum air yang banyak
untuk membantu memperlancar pembuangan asam urat oleh tubuh, selain itu
bila tergolong gemuk sebaiknya mengurangi berat badan dengan melakukan olah raga
yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
B.
Konsep Dasar Lansia
1.
Definisi Lansia
a.
Masa dewasa tua (lansia) dimulai
setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
b.
Penuaan adalah suatu proses yang
alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan
berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008),
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
c.
Penuaan adalah normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
(Stanley, 2006).
2.
Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b.
Kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c.
Lingkungan tempat tinggal yang
bervariasi (Maryam, 2008).
3.
Klasifikasi Lansia
a.
Pralansia (prasenilis), Seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun.
b.
Lansia, Seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih.
c.
Lansia Resiko Tinggi, Seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d.
Lansia Potensial, Lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e.
Lansia Tidak Potensial, Lansia
yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2003).
4.
Tipe Lansia
Di zaman sekarang
(zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang
menonjol antara lain:
a.
Tipe arif bijaksana, Lanjut usia
ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b.
Tipe mandiri, Lanjut usia ini
senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c.
Tipe tidak puas, Lanjut usia yang
selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.
Tipe pasrah, Lanjut usia yang
selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap
datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e.
Tipe bingung, Lansia yang
kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5.
Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson,
kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.
Mempersiapkan diri untuk kondisi
yang menurun.
b.
Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.
Membentuk hubungan baik dengan
orang seusianya.
d.
Mempersiapkan kehidupan baru.
e.
Melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya
dan kematian pasangan (Maryam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. (2011).
Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Brunner &
Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth
J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2009.
Herdman, 2012.
Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Hidayat,A.A.A.(2008).
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kusuma H. (2013).
Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Media Action
Mansjoer Arif.
2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif.
2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.
Muwarni Dan Priyantari
(2010). Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home
Care Dan Komunitas.
Yogyakarta. Fitramaya
Comments
Post a Comment