Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Keluarga merupakan suatu kumpulan
yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan,dan adopsi serta tinggal dalam
satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lain dan saling
ketergantungan. Dalam keluarga biasanya terdiri dari orang tua yaitu ayah dan
ibunya, serta anak-anaknya, dan masing-masing individu memiliki perannya
masing-masing.
Tantangan utama bagi keluarga dengan
anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam
batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pembentukan biologis,
serta konflik-konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan. Ada tiga aspek proses perkembangan remaja
yang menyita banyak perhatian, yakni
emasipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan
hubungan teman sebaya), kesenjangan antara generasi (perbedaan nilai-nilai dan
norma-norma antara orang tua dan remaja).
Banyak masalah yang sering timbul
pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak
berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya,
karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya
karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering
terlibat dalam geng-geng. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja
adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Mereka
memiliki dorongan untuk pemuasan seksual. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.
Peran perawat dalam asuhan
keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja adalah membantu keluarga
untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan
keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah
yang timbul bisa teratasi.
B. Tujuan penulisan
1.
Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami konsep
dasar keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja dan asuhan keperawatan
pada keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
2.
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
lp-askep-keluarga-remaja.azam.bloggespot.com
a.
Mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
b.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada keluarga
dengan tahap perkembangan usia remaja
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial
individu-individu yang ada didalamnya dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (
Duval 1972, dalam Ali 1999, hal. 4 ).
Keluarga
adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan ( Departemen Kesehatan RI 1988, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah perkawinan
dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam
peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Magloya
1989, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
2.
Tipe Keluarga
a.
Menurut Friedman (1986, dalam Ali,
1999, hal.8 ) terdapat delapan tipe
keluarga.
1)
Nuclear family
Suatu keluarga yang terdiri dari
orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu
rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2)
Extended family (keluarga besar)
yakni satu
keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
3)
Single parent family
Yakni satu keluarga yang dikepalai
oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung padanya.
4)
Nuclear dyatd
Yakni keluarga yang terdiri dari
sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5)
Reconti tuened atau blended family
Yakni suatu keluarga yang terbentuk
dari perkawinan pasangan yang masing-masing pernah menikah dan
masing-masing membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
6)
Three generation family
Yakni keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7)
Single adult living alone
Yaitu bentuk keluarga yang hanya
terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8)
Midle age atau ederly couple
Yakni keluarga yang terdiri dari
sepasang suami istri usia pertengahan.
b.
Marilyn M. Friedmen (1998, dalam
Ali, 1999, hal.9 )
Tipe keluarga :
1)
Keluarga inti (konjugal)
Adalah keluarga yang menikah sebagai
orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan
anak (anak kandung, anak adopsi).
2)
Keluarga orientasi (keluarga asal)
Adalah unit keluarga yang didalamnya
seseorang dilahirkan.
3)
Keluarga besar
Adalah keluarga inti dan orang-orang
yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim terjadi anggota keluarga,
orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, sanak keluarga, kakak, nenek,
tante, paman dan sepupu
3.
Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan meliputi (Suprajitno 2004, hal 17 ) :
a.
Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan, segala sesuatu
tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila
menyadari adaanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b.
Memutuskan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga
yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan keehatan yang dilakukan oleh
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada
orang dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c.
Merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan diinstitusi
pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d.
Memodifikasi lingkungan keluarga
untuk menjamin kesehatan keluarga.
e.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
4.
Fungsi Keluarga
Friedman (dalam Ali, 1999, hal.14)
mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:
a.
Fungsi afektif
Yaitu yang berhubungan dengan fungsi
internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
b.
Fungsi sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan
perubahan yang dimulai individu yang menghasilkan interaksi sosial dan
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota
keluarga belajar disiplin, norma budaya, perilaku, melalui interaksi dalam
keluarga selanjutnya individu maupun berperan didalam masyarakat.
c.
Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
e.
Fungsi perawatan keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan,
pakaian, pelindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga
melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga dan individu.
5.
Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk
mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan
perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a.
Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar :
1)
Keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri.
2)
Bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan keluarga
b.
Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan
agar pelayanan sskomperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c.
Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan
langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d.
Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus
melaksanakan hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e.
Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat
kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik ,
kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka
dapat dipercaya
f.
Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai
kesehatan keluarga yang optimal.
g.
Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi
kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui
sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat
h.
Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi
masalah secar dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau
wabah
i.
Modifikasi lingkungan
Mampu mmemodifikasi lingkungan baik
lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.
B. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan
Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja
1.
Pengertian
Ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai.
Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun ( Friedman, 1998, hal.
124).
Dimulai saat
anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun.
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah
mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman
sebayanya. Pada tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara
orang tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak
pada hubungan selanjutnya. (diadaptasi dari Duval, dalam Setiawati &
Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap ini
dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
pada usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa
(Mubarak, 2009, hal. 89).
Berlangsung
di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar
biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai dengan
kematangan fisik remaja, sejalan dengan peran orangtua memasuki pertengahan
hidup (Preto, 1988, dalam perawatindonesia.org, 2010).
2.
Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah
Orang Tua
Tidak perlu
dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat
ini. Namun demikian, orang tua perlu
tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut, yang
telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses ”melepaskan”.
Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting
karena masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab ketika
remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga
mendefinisikan bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima
penolakan tanpa meninggalkan anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika orang
tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka,
dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa
konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk
semacam menerima diri yang sama. Hubungan antara orang tua dan remaja
seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif, puas, dan dapat
mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983) dan orang
tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988,
hal. 125).
Schultz
(1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas
kehidupan mereka yang meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas.
Orang tua merasa berkompetensi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi
mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan seks pra
nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang
semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan profesi, orang
tua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya
hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orang tua, selain
ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-maslah pribadi,
seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan
tidak menghakimi bersama anak-anak mereka memberikan kontribusi pada
masalah-masalah orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).
3.
Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas
perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus
mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif
dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang
makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini
salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan (
Friedman, 1998, hal. 126).
Agar
keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota
keluarga, khususnya orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu,
membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan
kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat
membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem itu
sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya” ( Friedman, 1998,
hal. 126).
Orang tua
yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak membiarkan
anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi”. Oleh remaja bila perpisahan
berlangsung kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar mandiri secara
prematur, dengan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal
ini remaja ini dapat gagal mencapai kemandirian (Wright an Leahey, 1984, dalam
Friedman, 1998, hal. 126).
Menyangkut
tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan
kembali hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali pasangan suami istri
yang telah begitu terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orang tua
sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan
mereka. suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah, karena bekerja
dan melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara mencoba
meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orang
tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energy untuk
hubungan perkawinan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Akan tetapi
disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap mereka sendiri,
pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka atau dapat
menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anaknya telah meninggalkan
rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun pondasi untuk tahap siklus
kehidupan keluarga berikutnya ( Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas
perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para anggota keluarga, khususnya orang tua dan remaja,
untuk berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya kesenjangan antara generasi,
komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu
realita. Orang tua yang berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti
seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga
mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya
( Friedman, 1998, hal. 126).
Mempertahankan
etika dan standar keluarga merupakan tugas-tugas perkembangan keluarga lainnya
(Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan dalam keluarga belum diubah,
etika dan standar moral keluarga belum tetap dipertahankan oleh orang tua.
Remaja sangat sensitive terhadap ketidakcocokan antara apa dikatakan dengan apa
yang dipraktekkan. Namun demikian, orang tua dan anak-anak dapat belajar dari
satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini.
Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya
hidup yang lebih bebas dan sederhana melambangkan transformasi nilai yang
mempengaruhi setiap tahap kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975, dalam
Friedman, 1998, hal. 126).
4.
Masalah-Masalah yang Terjadi Pada
Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak
Usia Remaja
Ketidakmatangan
dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran
dengan anggota-anggota keluarga, terus-menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang
penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun
awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik
rendah.
Hubungan
keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih
selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh
rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan
dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-hubungan
keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung
lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku
yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga
dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah.
Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak,
kadang-kadang tegang namun orang yang selalu
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan
kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik. Masa
remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika,
padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan
hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan
membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi
dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat
mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh,
canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya,
karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri
yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat
orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga
belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa
ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya
teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya
sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka
akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir
seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan
kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya
secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah
masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka
sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan
untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan
yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual,
tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat
ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu,
para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma
masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk
menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi, cara
yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap
anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap
sampai akhirnya dewasa.
5.
Masalah-masalah kesehatan
Pada tahap
ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan
tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan
dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat
mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan
pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan
terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan
biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada
remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar,
dan patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi (Friedman, 1998,
hal. 127).
Penyalahguanaan
obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki,
dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan.
Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam
perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya
mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan,
uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit
kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima
perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka
dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan (Friedman, 1998, hal.
127).
Kebutuhan kesehatan yantg lain
adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan
dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat
menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling,
dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin
diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan (Friedman,
1998, hal. 127).
6.
Peran Perawat
Peran perawat pada tahap ini adalah
mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan
tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang
obat-obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja,
serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua
dengan anak remajanya ( Mubarak, 2009, hal. 90 ).
Peran perawat dalam peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap keluarga dengan anak remaja menurut
Stanhope (1998, Hal. 52):
a.
Guru tentang faktor-faktor kesehatan
b.
Guru dalam isu-isu pemecahan masalah
mengenai alkohol dan merokok, diet dan gerak badan
c.
Fasilitator keterampilan
interpersonal dengan anak belasan tahun bersama orang tua
d.
Penolong langsung, konsultan atau
pihak yang merujuk ke sumber-sumber kesehatan mental
e.
Konsultan keluarga berencana
f.
Pihak yang merujuk ke bagian
penyakit yang ditularkan melalui seksual
g.
Peserta dalam organisasi masyarakat
untuk pengendalian penyakit.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Secara Teoritis
1.
Pengkajian
Pengkajian data fokus keluarga
dengan anak usia remaja dalam Suprajitno ( 2004, hal. 37 ) meliputi:
1)
Bagaimana karakteristik teman
disekolah atau di lingkungan rumah
2)
Bagaimana kebiasaan anak menggunakan
waktu luang
3)
Bagaimana perilaku anak selama
dirumah
4)
Bagaimana hubungan antara anak
remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau bermain
5)
Siapa saja yang berada dirumah
selama anak remaja dirumah
6)
Bagaimana prestasi anak disekolah
dan prestasi apa yang pernah diperoleh anak
7)
Apa kegiatan diluar rumah selain
disekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana
8)
Apa kebiasaan anak dirumah
9)
Apa fasilitas yang digunakan anak
secara bersamaan atau sendiri
10)
Berapa lama waktu yang disediakan
orang tua untuk anak
11)
Siapa yang menjadi figur bagi anak
12)
Seberapa peran yang menjadi figur
bagi anak
13)
Bagaimana pelaksanaan tugas dan
fungsi keluarga
2.
Diagnosa
Masalah keperawatan sampai saat ini
masih menggunakan daftar masalah keperawatan yang dibuat oleh asosiasi perawat
Amerika ( NANDA ) yang meliputi masalah aktual, resiko atau resiko tinggi, dan
potensial. Penyebab merujuk pada tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk tindakan, merawat anggota
keluarga, memodifikasi lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas layanan
kesehatan sesuai data yang telah dikumpulkan dalam pengkajian. Sedang tanda
dapat dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angkah awal.
Daftar masalah keperawatan (NANDA)
yang dapat digunakan sebagai berikut:
a.
Gangguan proses keluarga
b.
Gangguan pemeliharaan kesehatan
c.
Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari
kebutuhan tubuh
d.
Gangguan peran menjadi orang tua
e.
Gangguan pola eliminasi
f.
Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan
g.
Gangguan penampilan peran
h.
Gangguan pola seksual
i.
Ketidakmampuan antisipasi dukungan
berkepanjangan
j.
Konflik pengambilan keputusan
k.
Adaptasi kedukaan yang tidak
fungsional
l.
Potensial berkembanganya koping
keluarga
m.
Koping keluarga tidak efektif
n.
Gangguan manajemen pemeliharaan
rumah
o.
Hambatan intraksi sosial
p.
Defisit pengetahuan
q.
Konflik peran keluarga
r.
Resiko perubahan peran orang tua
s.
Resiko terjadi trauma
t.
Resiko tinggi perilaku kekerasan
u.
Ketidakberdayaan
v.
Terjadinya isolasi sosial
3.
Perencanaan
Keperawatan Keluarga
Rencana tindakan keperawatan
terhadap keluarga, meliputi kegiatan-kegiatan yang bertujuan ( Suprajitno,
2004, hal. 49 ) :
a.
Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai maslah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1)
Memberi informasi yang tepat
2)
Mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan keluarga tentang kesehatan
3)
Mendorong sikap emosi yang mendukung
upaya kesehatan
b.
Menstimulasi keluarga untuk
memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
1)
Mengidentifikasi konsekuensinya bila
tidak melakukan tindakan
2)
Mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki dan ada di sekitar keluarga
3)
Mendiskusikan tentang konsekuensi
tipe tindakan
c.
Memberikan kepercayaan diri selama
merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
1)
Mendemonstrasikan cara perawatan
2)
Menggunakan alat dan fasilitas yang
ada dirumah
3)
Mengawasi keluarga melakukan
perawatan
d.
Membantu keluarga untuk memelihara
(memodifikasi lingkungan) yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan
cara :
1)
Menemukan seumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga
2)
Melakukan perubahan lingkungan
bersama keluarga seoptimal mungkin
e.
Memotivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :
1)
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan keluarga
2)
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
4.
Diagnosa Kasus
Resiko Tinggi Konflik keluarga
(hubungan keluarga tidak harmonis) berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal
masalah yang terjadi pada remaja.
Perencanaan.
1.
Diskusikan
faktor penyebab
2.
Diskusikan
tugas perkembangan keluarga
3.
Diskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4.
Diskusikan cara
mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
5.
Diskusikan
tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
6.
Ajarkan cara
mengurangi atau menyelesaikan masalah
7.
Berikan pujian
bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat alternatif
Implementasi
1.
Mendiskusikan
faktor penyebab
2.
Mendiskusikan
tugas perkembangan keluarga
3.
Mendiskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4.
Mendiskusikan
cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
Evaluasi
1.
Koping individu
efektif
2.
Perilaku
konstruktif
3.
Tidak terjadi
depresi
4.
Nutrisi
terpenuhi
5.
Tidak terjadi
terjadi cedera
DAFTAR
PUSTAKA
Friedman
Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.EGC:Jakarta
Perry
& potter .2005.Fundamental of
nursing.EGC:Jakarta
Rahmad
hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia.CV Trans Info Media:Jakarta
Suprajitno.2004.
Asuhan keperawatan keluarga.EGC:Jakarta
Hurlock B
Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan.Erlangga:Jakarta
Mubarak
Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Salimba Medika:Jakarta
Comments
Post a Comment