Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
KONSEP
DASAR LANSIA
1.
Pengertian Lansia
Masa
dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2008).
Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
2.
Tipe Lansia
Di
zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia
lanjut. Yang menonjol antara lain:
a.
Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya
dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b.
Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang
mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari
pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c.
Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu
mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.
Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu
menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang
terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
e.
Tipe bingung
Lansia yang kagetan,
kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh
tak acuh (Nugroho, 2008).
3.
Tugas Perkembangan Lansia
Menurut
Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.
Mempersiapkan diri untuk kondisi yang
menurun.
b.
Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.
Membentuk hubungan baik dengan orang
seusianya.
d.
Mempersiapkan kehidupan baru.
e.
Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
sosial/masyarakat secara santai.
f.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan
kematian pasangan (Maryam, 2008).
4.
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Patricia
Gonce Morton dkk, 2011 yaitu:
1. Perubahan Organik
a.
Jumlah jaringan ikat dan kolagen meningkat.
b.
Unsur seluler pada sistem saraf, otot, dan organ
vital lainnya menghilang.
c.
Jumlah sel yang berfungsi normal menurun.
d.
Jumlah lemak meningkat.
e.
Penggunaan oksigen menurun.
f.
Selama istirahat, jumlah darah yang dipompakan
menurun.
g.
Jumlah udara yang diekspirasi paru lebih sedikit.
h.
Ekskresi hormon menurun.
i.
Aktivitas sensorik dan persepsi menurun
j.
Penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat menurun.
k.
Lumen arteri menebal
2. Sistem Persarafan
Tanda:
a.
Penurunan jumlah neuron dan peningkatan ukuran dan
jumlah sel neuroglial.
b.
Penurunan syaraf dan serabut syaraf.
c.
Atrofi otak dan peningkatan ruang mati dalam kranim
d.
Penebalan leptomeninges di medulla spinalis.
Gejala:
a.
Peningkatan risiko masalah neurologis; cedera
serebrovaskuler, parkinsonisme
b.
Konduksi serabut saraf melintasi sinaps makin lambat
c.
Penurunan ingatan jangka-pendek derajad sedang
d.
Gangguan pola gaya berjalan; kaki dilebarkan,
langkah pendek, dan menekukke depan
e.
Peningkatan risiko hemoragi sebelum muncul gejala
3. Sistem Pendengaran.
Tanda :
a.
Hilangnya neuron auditorius
b.
Kehilangan pendengaran dari frekuensi tinggi ke
frekuensi rendah
c.
Peningkatan serumen
d.
Angiosklerosis telinga
Gejala
a.
Penurunan ketajaman pendengaran dan isolasi social
(khususnya, penurunan kemampuan untuk mendengar konsonan)
b.
Sulit mendengar, khususnya bila ada suara latar
belakang yang mengganggu, atau bila percakapan cepat.
c.
Impaksi serumen dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran
4. Sistem Penglihatan
Tanda :
a.
Penurunan fungsi sel batang dan sel kerucut
b.
Penumpukan pigmen.
c.
Penurunan kecepatan gerakan mata.
d.
Atrofi otot silier.
e.
Peningkatan ukuran lensa dan penguningan lensa
f.
Penurunan sekresi air mata.
Gejala :
a.
Penurunan ketajaman penglihatan,lapang penglihatan,
dan adaptasi terhadap terang/gelap
b.
Peningkatan kepekaan terhadap cahaya yang
menyilaukan
c.
Peningkatan insiden glaucoma
d.
Gangguan persepsi kedalaman dengan peningkatan
kejadian jatuh
e.
Kurang dapat membedakan warna biru, hijau,dan violet
f.
Peningkatan kekeringandan iritasi mata.
5. Sistem Kardiovaskuler
Tanda :
a.
Atrofi serat otot yang melapisi endokardium
b.
Aterosklerosis pembuluh darah
c.
Peningkatan tekanan darah sistolik.
d.
Penurunan komplian ventrikel kiri.
e.
Penurunan jumlah sel pacemaker
f.
Penurunan kepekaan terhadap baroreseptor.
Gejala:
a.
Peningkatan tekanan darah
b.
Peningkatan penekanan pada kontraksi atrium dengan
S4 terdengar
c.
Peningkatan aritmia
d.
Peningkatan resiko hipotensi pada perubahan posisi
e.
Menuver valsava dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah
f.
Penurunan toleransi
6. Sistem Respirasi
Tanda:
a.
Penurunan elastisitas jaringan paru.
b.
Kalsifikasi dinding dada.
c.
Atrofi silia.
d.
Penurunan kekuatan otot pernafasan.
e.
Penurunan tekanan parsial oksigen arteri (PaO2).
Gejala:
a.
Penurunan efisiensi pertukaran ventilasi
b.
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan
atelektasis
c.
Peningkatan resiko aspirasi
d.
Penurunan respons ventilasi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia
e.
Peningkatan kepekaan terhadap narkotik
7. Sistem
Gastrointestinal
Tanda:
a.
Penurunan ukuran hati.
b.
Penurunan tonus otot pada usus.
c.
Pengosongan esophagus makin lambat
d.
Penurunan sekresi asam lambung.
e.
Atrofi lapisan mukosa
Gejala:
a.
Perubahan asupan akibat penurunan nafsu makan
b.
Ketidaknyamanan setelah makan karena jalannya
makanan melambat
c.
Penurunan penyerapan kalsium dan besi
d.
Peningkatan resiko konstipasi, spasme esophagus, dan
penyakit divertikuler
8. Sistem Reproduksi
Tanda:
a. Atrofi dan fibrosis
dinding serviks dan uterus
b. Penurunan elastisitas
vagina dan lubrikasi
c. Penurunan hormone dan
oosit.
d. Involusi jaringan
kelenjar mamae.
e. Poliferasi jaringan
stroma dan glandular
Gejala :
a. kekeringan vagina dan
rasa terbakar dan nyeri saat koitus
b. penurunan volume
cairan semina dan kekuatan ejakulasi
c. penurunan elevasi
testis
d. hipertrofi prostat
e. jaringan ikat
payudara digantikan dengan jaringan lemak, sehingga pemeriksaan payudara lebih
mudah dilakukan
9. Sistem Perkemihan
Tanda:
a. Penurunan masa ginjal
b. Tidak ada glomerulus
c. Penurunan jumlah
nefron yang berfungsi
d. Perubahan dinding
pembuluh darah kecil
e. Penurunan tonus otot
kandung kemih
Gejala:
a. Penurunan GFR
b. Penurunan kemampuan
penghematan natrium
c. Peningkatan BUN
d. Penurunan aliran
darah ginjal
e. Penurunan kapasitas
kandung kemih dan peningkatan urin residual
f. Peningkatan urgensi
10. Sistem Endokrin
Tanda:
a. Penurunan
testosterone, hormone pertumbuhan, insulin, androgen, aldosteron, hormone
tiroid
b. Penurunan
termoregulasi
c. Penurunan respons
demam
d. Peningkatan
nodularitas dan fibrosis pada tiroid
e. Penurunan laju
metabolic basal
Gejala:
a. Penurunan kemampuan
untuk menoleransi stressor seperti pembedahan
b. Penurunan berkeringat
dan menggigil dan pengaturan suhu
c. Penurunan respons
insulin, toleransi glukosa
d. Penurunan kepekaan
tubulus ginjal terhadap hormone antidiuretik
e. Penambahan berat
badan
f. Peningkatan insiden
penyakit tiroid
11. Sistem Kulit
Integumen
Tanda:
a. Hilangnya ketebalan
dermis dan epidermis
b. Pendataran papilla
c. Atrofi kelenjar
keringat
d. Penurunan
vaskularisasi
e. Cross-link kolagen
f. Tidak adanya lemak
sub kutan
g. Penurunan melanosit
h. Penurunan poliferasi
dan fibroblas
Gejala:
a. Penipisan kulit dan
rentan sekali robek
b. Kekeringan dan
pruritus
c. Penurunan keringat
dan kemampuan mengatur panas tubuh
d. Peningkatan kerutan
dan kelemahan kulit
e. Tidak adanya bantalan
lemak yang melindungi tulang dan menyebabkan timbulnya nyeri
f. Penyembuhan luka
makin lama
12. Sistem Muskuloskletal
Tanda:
a. Penurunan massa otot
b. Penurunan aktivitas
myosin adenosine tripospat
c. Perburukan dan
kekeringan pada kartilago sendi
d. Penurunan massa
tulang dan aktivitas osteoblast
Gejala:
a. Penurunan kekuatan
otot
b. Penurunan densitas
tulang
c. Penurunan tinggi
badan
d. Nyeri dan kekakuan
pada sendi
e. Peningkatan risiko
fraktur
f. Perubahan cara
berjalan dan postur
KONSEP DASAR TUMOR
A.
Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau
pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer and Bare, 2012).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal,
progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2009)
B.
ETIOLOGI
1.
Kondisi
genetik
ada bukti tertentu
pembentuk gen dan
mutasi gen adalah
faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. dalam daftar laporan gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosi.
2.
Radiasi
mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi-induksi yangmendorong transformasi neoplastik.
3.
Infeksi
infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan
tubuh yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4.
Trauma
hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan
saja. Trauma mungkin menarik perhatian
medis ke pra-luka yang ada (Smeltzer
and Bare, 2012).
C.
PATOFISIOLOGI
Menurut Price (2009) Pada umumnya
tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)adalahproliferassi jaringan
mesenkimal yang terjadi
dijaringan
nonepitelialekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja,
meskipun kira-kira 40% terjadi diekstermitas bawah, terutama daerah
paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala danleher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan
lunak tumbuh centripetally, meskipun
beberapa tumorjinak,seperti
serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya,maka tumormembesar melewati
batas sampai ke
struktur neurovaskular. Tumorjaringan lunak timbul di lokasi seperti
lekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi
atas 4 fase yaitu :
1. perubahan ganas pada sel-sel target,
disebut sebagai transformasi
2. pertumbuhan dari sel-sel
transformasi.
3. Invasi lokal
4. Metastasis jauh
D.
PATHWAY
E.
MANIFESTASI
KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik.
Tergantung dimana letak tumor ataubenjolan tersebut berada. awal mulanya gejala
berupa adanya suatu benjolan dibawahkulit yang tidak terasa sakit. hanya
sedikit penderita yang merasakan sakit yangbiasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karenaadanya penekanan pada saraf
-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya
tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor
digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak
pernah menyebar ke tempat jauh.
pada tahap awal, STT biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringanlunak
yang relatif elastis,
tumor atau benjolan
tersebut dapat bertambah
besar,mendorong jaringan normal.
kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri
ataubengkak (Price, 2009).
F.
PENATALAKSANAAN
1.
Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli
bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini
bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
2.
Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan
zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit
yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
3.
Teraoi
Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi
tyunggal. Tapi, terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan (Smeltzer and Bare,
2012).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1.
Pengkajian
a.
Status
Kesehatan
1)
Keluhan
Utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian paha, nyeri
bertambah apabila beraktivitas berat, adanya nyeri tekan pada daerah benjolan.
2)
Riwayat
Penyakit Sekarang
Adanya benjolan besar dan nyeri pada daerah
benjolan.
3)
Riwayat
Penyakit Dahulu
Awalnya hanya benjolan kecil, lama-lama
benjolan bisa bertambah besar dan muncul nyeri
4)
Riwayat
Penyakit Keluarga
Kaji riwayat keluarga, karena biasanya
penyakit ini merupakan penyakit genetik
b.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Head to Toe
1)
Kepala
Inspeksi
: Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi
: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas
2)
Mata
Inspeksi
: Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi
: Tidak ada gangguan
3)
Telinga
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi
: Tidak ada gangguan
4)
Mulut
Inspeksi
: Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
5)
Leher
Palpasi
: Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada benjolan
6)
Dada
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada gangguan
Perkusi
: Sonor
7)
Abdomen
Inspeksi
: simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: Timpani
8)
Genetalia
dan Anus
Inspeksi
: Bersih
9)
Ekstremitas
Atas
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Tidak ada gangguan
10)
Ekstremitas
Bawah
Inspeksi
: Simetris, ada benjolan
Palpasi
: Nyeri tekan
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri akut
b.
Kerusakan
integritas kulit
c.
Resiko infeksi
Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri
berhubungan dengan penekanan pada otot dan
tendon
|
a. Pain Level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria
Hasil :
a. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
|
a. Pain Management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
- Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
- Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
b. Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri hebat
|
- Mengetahui
tindakan dan obat yang akan diberikan
- Mengetahui tingkat nyeri pasien
- Membantu pasien mengungkapkan perasaan
nyerinya
- Untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Membantu mengurangi nyeri pasien
- Mengurangi nyeri pasien
- Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
- Memberikan
intervensi yang tepat
- Mengurangi nyeri dengan cara pengobatan
non farmakologis
- Nyeri terkontrol
- Menguragi nyeri
- Untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Benar dalam
pemberian obat
- Menentukan obat yang tidak alergi untuk
pasien
- Memberikan obat yang sesuai dengan
keluhan
- Mengetahui kondisi
pasien
- Membantu mengurangi
nyeri
|
2.
|
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
|
a. Anxiety control
b. Coping
Kriteria
Hasil :
a. Klien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Mengidentifikasi,
mengugkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam
batas normal
d. Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
|
a. Anxiety reduction
(penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan
yang menenangkan
- Jelaskan semua
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Temani pasien
untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Berikan informasi
faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan
pasien menggunakan teknik relaksasi
- Kolaborasi:Berikan obat
|
- Meningkatkan bhsp
- Agar pasien
mengetahui tujuan dan prosedur tindakan
- Mengurangi kecemasan pasien
Membantu mengungangi tingkat kecemasan
- mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Mengetahui
tingkatkecemasan pasien
- Membantu pasien
tenang dan nyaman
- Cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Untuk mengurangi
kecemasan
|
b. Post Operasi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
|
a. Pain Level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria
Hasil :
a. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam
rentang normal
|
a. Pain Management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Evaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
- Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
b. Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat nyeri hebat
|
- Mengetahui
tindakan dan obat yang akan diberikan
- Mengetahui tingkat nyeri pasien
- Membantu pasien mengungkapkan perasaan
nyerinya
- Untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Membantu mengurangi nyeri pasien
- Mengurangi nyeri
pasien
- Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
- Memberikan
intervensi yang tepat
- Mengurangi nyeri dengan cara pengobatan
non farmakologis
- Nyeri terkontrol
- Menguragi nyeri
- Untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Benar dalam
pemberian obat
- Menentukan obat yang tidak alergi untuk
pasien
- Memberikan obat yang sesuai dengan
keluhan
- Mengetahui kondisi
pasien
- Membantu
mengurangi nyeri
|
2.
|
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
|
Tissue
Integrity :
Skin
and Mucous Membranes
Wound
Healing :primary and secondary intention
Kriteria
Hasil :
a. Integritas kulit
yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
b. Tidak ada
luka/lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan
baik
d. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
e. Mampu melindungi
kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
f. Tidak ada
tanda-tanda infeksi
g. Menunjukkan
terjadinya proses penyembuhan luka
|
Pressure
ulcer prevention
a. Wound care
- Anjurkan pasien
untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kulit agar
tetap bersih dan kering
- Hindari kerutan
pada tempat tidur
- Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor kulit akan
adanya kemerahan
- Oleskan lotion
atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
- Monitor aktivitas
dan mobilisasi pasien
- Monitor status
nutrisi pasien
- Memandikan pasien
dengan sabun dan air hangat
- Observasi luka
:lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal.
- Lakukan teknik
perawatan luka dengan steril
|
- Menjaga integritas kulit pasien
- Agar kulit tetap lembab
- Menjaga integritas kulit tetap baik
- Membantu agar pasien nyaman
- Mengetahui kondisi integritas kulit
- Agar kulit tetap
terjaga tidak terjadi luka baru
- Membantu pasien
agar bisa mobilisasi
- Mengawasi pasien
agar tidak kekurangan nutrisi
- Mempertahankan personal higyene pasien
- Menguragi tanda-tanda infeksi
- Mencegah adanya infeksi
-
|
3.
|
Resiko tinggiinfeksi berhubungan dengan luka post
operasi
|
a. Immune Status
b. Knowledge :
Infection control
c. Risk control
Kriteria
Hasil :
a. Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
c. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit
dalam batas normal
e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
|
a. Infection Control
(Kontrol infeksi)
- Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik
isolasi
- Batasi pengunjung
bila perlu
- Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
- Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Pertahankan
lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
antibiotik bila perlu
b. Infection
Protection (proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Berikan perawatan
kulit pada area epidema
- Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
- Instruksikan
pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kultur
positif
|
- Mengurangi resiko
infeksi
- Menurunkan resiko kontminasi silang
- Menurunkan resiko infeksi
- Mencegah
terjadinya kontaminasi silang
- Mencegah terpajan
pada organisme infeksius
- Menurunkan resiko infeksi
- Mempertahankan teknik steril
- Membantu meningkatkan respon imun
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mengidentifikasi
keadaan umum pasien dan luka
- Mengidentfikasi
adanya infeksi
- Menghindari resiko infeksi
- Meningkatkan
kesembuhan
- Mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Membantu meningkatkan status pertahanan
tubuh terhadap infeksi
- Mempertahankan teknik aseptik
- Mengetahui terjadinya infeksi pada luka
|
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R. Siti. 2008. Asuhan Keperawatan
pada Lansia. Jakarta : Trans Info Media.
Nugroho, Wahyud.2008. keperawatan Geronik.
Jakarta : EGC.
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta : Mediaction Jogjakarta.
Potter and Pery. 2005. Foundamental
Keperwatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A. (2009).Patofisiologi: Konsep
klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Smeltzer. (2012). Buku ajar keperawatan
medikal bedah. Jakarta : EGC
lp-gerontik-tumor.azam.bloggespot.comlp-gerontik-tumor.azam.bloggespot.comlp-tumor.azam.blogspot.com
Comments
Post a Comment