Skip to main content

Trustworthiness of Data

  Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1.       Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2.       Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3.       Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.

LP resiko bunuh diri

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A.      Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ).

B.       Penyebab
1.         Faktor predisposisi
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a.         Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia).
b.        Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c.         Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d.        Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.
e.         Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam bunuh diri, anatara lain:
a.         Faktor mood dan biokimia otak.
b.        Faktor riwayat gangguan mental.
c.         Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
d.        Faktor isolasi sosial dan human relations.
e.         Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
f.         Faktor religiusitas.
2.         Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

C.      Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
1.         Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2.         Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3.         Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4.         Impulsif.
5.         Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6.         Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7.         Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).
8.         Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).
9.         Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10.     Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11.     Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
12.     Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13.     Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14.     Pekerjaan.
15.     Konflik interpersonal.
16.     Latar belakang keluarga.
17.     Orientasi seksual.
18.     Sumber-sumber personal.
19.     Sumber-sumber social.
20.     Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

D.      Akibat
Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.

E.       Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.

F.       Pohon Masalah
BUNUH DIRI

RISIKO BUNUH DIRI


ISOLASI SOSIAL
(Fitria, 2009)

G.      Asuhan Keperawatan
1.         Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

2.         Intervensi Keperawatan
a.         Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.        Tujuan khusus
1)        Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a)         Perkenalkan diri dengan klien
b)        Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
c)         Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
d)        Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
e)         Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
f)         Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2)        Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan :
a)         Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
b)         Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
c)         Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
d)        Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
e)         Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
f)          Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
g)         Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
3)        Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
a)         Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
b)        Jauhkan dan simpan alatalat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
c)         Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
d)        Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
lp-resiko-bunuh-diri.azam.bloggespot.com
4)        Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a)         Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b)        Kaji dan kerahkan sumbersumber internal individu.
c)         Bantu mengidentifikasi sumbersumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, halhal untuk diselesaikan).
5)        Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
a)         Kaji dan manfaatkan sumbersumber ekstemal individu (orangorang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b)        Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
c)         Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).
6)        Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
a)         Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b)        Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c)         Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
d)        Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.




Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Comments

Popular posts from this blog

LP NSTEMI

KONSEP DASAR NSTEMI A.       PENGERTIAN NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2009). Unstable Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui merupakan suatu kesenambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard  berupa peningkatan biomarker jantung (Sudoyo, 2009). Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyeb

WOC DISTRESS SPIRITUAL

Diagnosa nanda nic noc ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)