Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
KONSEP DASAR NSTEMI
A. PENGERTIAN
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan
suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2009).
Unstable
Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui merupakan suatu
kesenambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran klinis sehingga pada
prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan
jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis
miokard berupa peningkatan biomarker
jantung (Sudoyo, 2009).
Non
STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan
oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak
ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non
STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen
arteri koroner (Kalim, 2008).
B. PENYEBAB
NSTEMI
disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi Koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau prosesvasokonstrikai koroner, sehingga terjadi iskemia
miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih
kecil, biasanya terbatas pada subendokardium.
Keadaan
ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan
penandanekrosis. Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang
dihasilkan dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombusnonocclusive
yang telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu.
1.
Faktor resiko yg tidak
dapat diubah :
a.
Umur
b.
Jenis kelamin
c.
Riwayat penyakit
jantung koroner
d.
Hereditas
e.
Ras
2.
Faktor resiko yg dapat
di ubah :
a.
Mayor : hyperlipidemia,
hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,diet tinggi lemak jenuh, kalori
b.
Minor : inaktifitas
fisik,emosional, agresif,ambisius, stres psikologis berlebihan. (Sudoyo, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
lp-nstemi.azam.bloggespot.com
NSTEMI
dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan
oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner
diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini
biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah,
fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak
yang yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan
proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat
dijumpai sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi.
Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti TNFa, dan IL-6.
Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati (Sudoyo, 2009).
D. TANDA
DAN GEJALA
a.
Nyeri dada,berlangsung
minimal 30 menit sedangkan seranganangina kurang dari itu.Selain itu pada
angina,nyeri akan hilangdengan beristirahat namun lain halnya dengan NSTEMI.
b.
Sesak Nafas,disebabkan
oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu
perasaan cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala
nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang
bermakna.
c.
Gejala
gastrointestinal,peningkatan aktivitas vagal menyebabkanmual dan muntah, dan
biasanya lebih sering pada infark inferior,dan stimulasi diafragma pada infak
inferior juga bisa menyebabkancegukan.
d.
Gejala lain termasuk
palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmiaventrikel, gelisah (Sudoyo,
2009).
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Elektro
Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal
penting yang menentukan risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI)
III Registry,adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupkan prediktor
outcome yang buruk. Kaul et al. menunjukkan peningkatan resiko outcome yang
buruk meningkat secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST maupun
perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi prognosis
pasien-pasien dengan NSTEMI.
2.
Pemeriksaan
Laboratorium
Troponin T atau
Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dari pada CK dan
CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam
dan dapat menetap sampai 2 minggu (Joyce, 2007).
F.
PENATALAKSANAAN
Pasien
NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan
pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1.
Terapi antiiskemia
Bertujuan untuk
menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang. Dapat diberikan
terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta. Terapi ini terdiri dari
nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena dan penyekat
beta oral
a.
Nitrat
1)
Pertama kali diberikan
sublingual atau spray bukal jika pasien mengalami nyeri dada iskemia.
2)
Jika nyeri menetap
setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn interval 5 menit, direkomendasikan
pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10 ug/menit).
3)
Dimana laju dapat
ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit setiap keluhan menghilang / tekanan
sistolik <100 mmHg.
4)
Setelah nyeri dada
hilang, dapat digantikan dengan nitrat oral/dapat menggantikan nitrogliserin intravena
jika pasien sudah bebas nyeri selama 12-24 jam.
b.
Penyekat Beta
Penyekat beta oral
diberikan dgn frekuensi jantung 50-60X/menit. Antagonis kalsium yng mengurangi
frekuensi jantung seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien
dengan nyeri dada persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan
penyekat beta dan pada pasien dengan kontraindikasi pengikat beta.
2.
Terapi antiplatelet
1)
Aspirin
Berfungsi penghambat
siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi aspirin dpt terjadi sindrom resistensi
insulin yg ditandai dgn penghambat agresasi platelet dan/kegagalan yg dpt
memperpanjang waktu pendarahan
2)
Klopidogrel
Klopidogrel sebaiknya
diberikan pada pasien yg direncanakan mendapatkan pendekatan non invasif dini,
pasien yg dik. bukan merupakan kadidat operasi koroner segera/memiliki
kontraindikasi utk operasi dan kateterisasi ditunda selama >24-36 jam.
3.
Terapi Antikoagulan
1)
UFH (Unfractionated
Heparin)
Manfaat UFH jika
ditambah aspirin telah dibuktikan dalam 7 penelitian acak dan kombinasi UFH dan
aspirin telah dignakan dalam tatalaksana NSTEMI untuk lebih dari 15 thun.
Namun, terdapat banyak kerugian UFH termasuk dalam ikatan yang non spesifik dan
menyebabkan inaktivasi platelet, endotel vascular, fibrin, platelet factor 4
dan sejumlah protein sirkulasi.
2)
LMWH (Low Molecular
Weight Heparin)
Merupakan inhibitor
utama pd sirkulasi trombin dan juga pd faktor X a sehingga obat ini
mempengaruhi tdk hanya kinerja trombin dlm sirkulasi (efek anti faktor IIa-nya)
dan juga mengurangi pembentukan trombin (efek IIa-nya)
Keutungan praktik obat
ini adalah absorbsi yg cepat dan dapat diprediksi setelah pemberian subkutan
(Joewono, 2008).
ASUHAN KEPERAWATAN
NSTEMI
A. PENGKAJIAN
4.
Pengkajian persistem :
a.
B1: Breath
Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea.
b.
b. B2: Blood
Denyut nadi lemah, nadi cepat,
teratur/tidak teratur, EKG Aritmia, Suara jantung bisa tidak terdengar pada VF.
Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa menurun
< 90%.
c.
c. B3: Brain
Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah,
disorientasi waktu, tempat dan orang.
d.
B4: Bladder
Produksi urine menurun, warna urine
lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria.
e.
B5: bowel
Konstipasi.
f.
B6: Bone
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2
detik, diaforesis, kelemahan.
5.
Keluhan Utama Pasien :
a.
Kualitas Nyeri Dada :
seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih
barang berat.
b.
Lokasi dan radiasi :
retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan
pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung.
c.
Faktor pencetus :
mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan.
d.
Lamanya dan
faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari 20
menit, tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum
Nitrogliserin.
e.
Tanda dan gejala :
Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening,
tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin
dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
f.
Pemeriksaan fisik :
mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel atau
kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun, takipnea,
mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop
menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV
disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary
crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat ( LV
disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati
lembek.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut
2.
Gangguan perfusi
jaringan jantung
6.
Kecemasan
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Menurut Hidayat (2008)
intervensi keperawatan yang dapat direncanakan sebagai berikut:
dx. 1
Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner
|
|
Tujuan :
Klien terbebas dari rasa nyeri
Kriteria Hasil : Subjektif :
keluhan nyeri dada, pusing dan mual berkurang/hilang.
Objektif : irama sinus, ST
isoelektris, gelombang T positif, kardiak isoenzim dalam keadaan normal,
tanda-tanda vital normal.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor
nyeri dada (awal serangan, sifat, lokasi, lamanya dan faktor pencetus).
|
1-2 data tersebut
bermanfaat dalam menentukan penyebab dan efek nyeri dada, serta menjadi dasar
perbandingan dengan gejala pasca terapi
|
2. Anjurkan
klien untuk segera minta bantuan perawat atau dokter bila merasakan nyeri.
|
|
3. Upayakan
lingkungan tenang. Batasi aktivitas selama serangan nyeri dada. Bantu
mengubah posisi
|
3-5 lingkungan tenang mendukung
istirahat dan tidur nyaman sehingga mengurangi konsumsi oksigen miokard.
|
4. Upayakan
rencana tindakan dan latihan aktivitas yang tidak mengganggu periode tidur
dan istirahat kllien.
|
|
5. Berikan
latihan ROM
|
|
6. Nilai
respon klien terhadap aktivitas, catat adanya ST depresi, disritmia,
kelelahanm pusing, sesak dan nyeri dada.
|
6-7 aktivitas yang disertai tanda
dan gejala tersebut mengindikasikan tidak adekuatnya sirkulasi koroner yang
mengakibatkan iskemia.
|
7. Menilai
tanda-tanda vital saat istirahat dan setelah aktivitas.
|
dx. 2 : Gangguan perfusi jaringan jantung
berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan /
penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
|
|
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan jantung
berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.
Kriteria Hasil : - Nyeri dada
berkurang (skala nyeri 1-3)
- Gambaran ST depresi berkurang atau tidak ada
- TD= 120/80 mmHg
- Nadi=60-100x/menit
- EKG: Irama sinus reguler
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Observasi
tanda-tanda vital tiap 1-4jam, status hemodinamika
|
1-9 data tentang perubahan kondisi fisik klien
bermanfaat dalam diagnosa gagal jantung kiri. Penuruna curah jantung
mengakibatkab penurunan tekanan tekanan darah dan perfusi jaringan,
peningkatan denyut jantung sebagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
curah jantung.
|
2. Monitor
tanda dan gejala penurunan perfusi (nyeri dada, disritmia, takikardia,
takipnea, hipotensi dan penurunan curah jantung)
|
|
3. Monitor
bunyi dan irama jantung secara kontinue, catat adanya denyut prematur
ventrikel kontraksi
|
|
4. Palpasi
denyut nadi perifer guna mengkaji adanya denyutan prematur.
|
|
5. Observasi
adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung ( pusing, pucat, diaforesis,
pingsan, akral dingin)
|
|
6. Monitor
tanda dan gejal gangguan perfusi renal (produksi urin < 30 ml/jam,
peningkatan BUN dan kreatinin, edema perifer, tidak adanya reaksi diuretik).
|
|
7. Monitor
tanda dan gejala yang menujukkan penurunan perfusi jaringan (kulit dingin,
pucat, lembab, berkeringat, sianosis, denyut nadi lemah, edema perifer).
|
|
8. Atur
posisi baring setiap 2 jam, menggerakkan kaki dan tangan secara aktif dan
pasif setiap 1 jam
|
|
9. Monitor
tanda dan gejala yang menunjukkan penurunan perfusi otak (gelisah, bingung,
apatis, somnolen).
|
|
10. Rekam pola
EKG secara periodik selama periode serangan dan catat adanya disritmia atau
perluasan iskemia atau infark miokard.
|
10.pemeriksaan EKG periodik berguna untuk menentukan
diagnosis perluasan area iskemik.
|
11. Kolaborasi
tim medis untuk terapi dan tindakan.
a. Anti
disritmia: Lidocain, aminodaron (bila ada indikasi klinis)
b. Vasodilator:
nitrogliserin (ISDN, ACE Inhibitor).
c. Inotropic:
Dopamin atau dobutamin sesuai indikasi.
d. Pemasangan pacemaker atau kateter Swanganz (bila
ada TAVB)
e. CABG jika ada indikasi klinis
f. PTCA atau
Coronary artery stenting jika ada indikasi klinis.
|
11.
a. Disrimia
menurunkan curah jantung yang ekstrem dan perfusi jaringan.
b. Bitrat merelaksasikan otot polos vaskular (vasodilatasi)
vena dan arteri sehingga menurunkan preload.
c. Dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan
kontraktilitas miokard dan meningkatkan perfusi jaringan.
d. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen
miokard.
e. Pacemaker membantu memperbaiki irama jantung
sehingga meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan.
f. Memperbaiki sirkulasi koroner, meningkatkan
suplai oksigen dan perfusi miokard.
|
12. Observasi
reaksi atau efek terapi, efek samping, toksisitas
|
12. Efek samping obat yang dapat membahayakan
kondisi klien harus dikaji dan dilaporkan.
|
13. Hindari
respon valsava yang merugikan. Atur diet yang diberikan.
|
13. Respon valsava dapat menurunkan kontraktilitas
miokard.
|
14. Pertahankan
intake cairan maksimal 2000 ml/ 24 jam (bila tidak ada edema).
|
14. Mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah
overload cairan ekstraseluler.
|
dx.3 Kecemasan behubungan dengan keadaan fisik yang
tidak dapat diperkirakan.
|
|
Tujuan :
Klien dan keluarga mampu mengekspresikan rasa takut atau kecemasan secara
positif.
Kriteria Hasil : Klien mampu
mengekspresikan rasa takut dan cemas secara wajar serta merasa optimis bahwa
kondisinya dapat pulih. Klien juga mendiskusikan pengaruh penyakitnya
terhadap gaya hidup.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan
penjelasan singkat tentang tujuan, hasil yang diharapkan setiap prosedur dan
efek samping.
|
1. Penjelasan
tentang prosedur membantu klien menjadi kooperatif.
|
2. Berikan
kesempatan kepada klien untuk mengenal lingkungannya dan tim keperawatan
|
2. Lingkungan fisik dan psikologis yang nyaman
membantu klien rileks dan senang.
|
3. Berikan
waktu secukupny bagi klien untuk berbicara dengan keluarga atau teman dekat.
|
3-5 kecemasan dapat meningkatkan konsumsi Oksigen
miokard, dukungan orang terdekat dapat menurunkan tingkat kecemasan dan
memberikan kenyamanan psikologis.
|
4. Observasi
efek yang terjadi setelah klien mendapatkan kunjungan dari orang terdekat.
|
|
5. Berikan
dukungan untuk mengekspresikan perasaan, mendengarkan keluhan klien.
|
|
6. Diskusikan
kondisi kllien dan perubahan pola hidup yang harus dijalani setelah pulang
dari rumah sakit.
|
6-7 perubahan pola hidup dalam masa pemulihan dapat
mencegah serangan ulang. Rehabilitasi kardio terprogram dapat menurunkan kecemasan.
|
7. Anjurkan
berpartisipasi aktif dalam program rehabilitasi kardio.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Joyce, Levefer. 2007. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Joewono,
Budi Prasetyo. 2008. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University
Press.
Kalim
Harmani, dkk. 2008. Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST Elevasi. Jakarta
: PERKI
Sudoyo,
A W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Sylvia.
2009. Patofisiologi : Konsep Dan Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Comments
Post a Comment