Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
Konsep Pneumonia
A. Pengertian
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat
(Zul, 2008).
Pneumonia
adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda – benda asing (Muttaqin, 2008)
Pneumonia
adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
termasuk bacteria, mikobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia diklasifikasikan
sebagai pneumonia didapat di komunitas, pneumonia didapat dirumah sakit,
pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun, dan pneumonia aspirasi
(Brunner & Suddarth, 2014).
B. Penyebab
Etiologi
pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis
dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia lobularis (bronkhopneumonia), dan pneumonia intersitialis
(bronkiolitis). Bronkhopneumonia merupakan penyakit radang paru yang biasanya
didahului dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan
disertai dengan panas tinggi. Keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan
tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein
(MEP), faktor patrogenik seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
bronkhopneumonia. Menurut WHO diberbagai negara berkembang Streptococus
pneumonia dan Hemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada
dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil
isolasi dari spesimen darah (Depkes, 2009)
C. Tanda
dan Gejala
1.
Pneumonia bakteri
Gejala awal :
a.
Rinitis ringan
b.
Anoreksia
c.
Gelisah
Berlanjut sampai :
a.
Demam
b.
Malaise
c.
Nafas cepat dan dangkal
( 50 – 80 )
d.
Ekspirasi bebunyi
e.
Lebih dari 5 tahun,
sakit kepala dan kedinginan
lp-pneumonia.azam.bloggespot.com
f.
Kurang dari 2 tahun vomitus
dan diare ringan
g.
Leukositosis
h.
Foto thorak pneumonia
lobar
2.
Pneumonia virus
Gejala awal :
a.
Batuk
b.
Rinitis
Berkembang
sampai
a.
Demam ringan, batuk
ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
b.
Emfisema obstruktif
c.
Ronkhi basah
d.
Penurunan leukosit
3.
Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
a.
Demam
b.
Mengigil
c.
Sakit kepala
d.
Anoreksia
e.
Mialgia
Berkembang menjadi :
a.
Rinitis
b.
Sakit tenggorokan
c.
Batuk kering berdarah
d.
Area konsolidasi pada
pemeriksaan thorak (Depkes, 2009).
D. Patofisiologi
Pneumonia
bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang
dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang
mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah
putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang
cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi
parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang
terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada
pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran
darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan
hipoksemia arterial.
Sindrom
Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus,
klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus
termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia
mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.
Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga
tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda
dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang
sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia
kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak
dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi
infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar
ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini
mempunyai ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous
merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan
masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan
dalam pneumonia bakterial (Brunner & Suddart, 2014).
E. Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan radiology
(Chest X-Ray) Ã teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial),
menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau
lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2.
Pemeriksaan laboratorium
(DL, Serologi, LED) Ã leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri,
menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit :
Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
3.
Analisis gas darah dan
Pulse oximetry à menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
4.
Pewarnaan Gram/Cultur
Sputum dan Darah à untuk mengetahui oganisme penyebab
5.
Pemeriksaan fungsi
paru-paru à volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas
pemenuhan udara menurun dan hipoksemia (Zul, 2008).
F.
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak tertangani secara cepat dan
tepat adalah empiema, empisema, atelektasis, otitis media akut dan meningitis. Bila
infeksi terus berlanjut akan terjadi sepsis, gagal napas dan kematian
(Manurung, 2009).
G. Penatalaksaan
1.
Antibiotik diresepkan
berdasarkan hasil pewarnaan Gram dan pedoman antibiotik (pola resistensi,
faktor risiko, etiologi harus dipertimbangkan ). Terapi kombinasi dapat juga
digunakan.
2.
Terapi suportif
mencakup hidrasi, antiseptic, medikasi antitusif, antihistamin, atau dengan
dekongestan nasal.
3.
Tirah baring
direkomendasikan sampai infeksi menunjukan tanda-tanda bersih.
4.
Terapi oksigen
diberikan untuk hipoksemia.
5.
Bantuan pernafasan
mencakup konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi, intubasi endotrakea, dan
ventilasi mekanis.
6.
Terapi atelektasis,
efusi pleura, syok, gagal nafas, atau superinfeksi dilakukan, jika perlu.
7.
Untuk kelompok yang
beresiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk melakukan vaksinasi pneumokokus
(Brunner & Suddarth, 2014).
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1.
Anamnesis
Keluhan utama yang
sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah sesak nafas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.
a.
Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini
dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama adalah batuk,
maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada
klien dengan pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran.
Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada pleuritis,
sesak nafas, peningkatan freekuensi pernafasan lemas dan nyeri kepala.
b.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan
pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongestil nasal, bersin, dan
demam tinggi.
2.
Pengkajian
psiko-sosio-spiritual
Pada kondisi klinis klien dengan pneumonia
sering mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
3.
Pengkajian Primer
a.
Airway
1)
Peningkatan sekresi pernapasan
2)
Bunyi nafas krekels,
ronki dan mengi
b.
Breathing
1)
Distress pernapasan
:pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
2)
Menggunakan otot aksesori
pernapasan
3)
Kesulitan bernafas :
diaforesis, sianosis
c.
Circulation
1)
Penurunan curah jantung
: gelisah, letargi, takikardia
2)
Sakit kepala
3)
Gangguan tingkat kesadaran
: ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
4)
Papiledema
5)
Penurunan haluaran
urine
6)
Kapiler refill
7)
Sianosis.
4.
Pemeriksaan fisik
a.
Pernapasan
1)
Inspeksi
a)
Bentuk dada dan gerakan
pernafasan
Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Nafas cuping hidung pada
sesak berat dialami terutama oleh anak-anak.
b)
Batuk dan sputum
Saat dilakukan
pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk
produktif disertai dengan danya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen.
2)
Palpasi
a)
Gerakan dinding thoraks
anterior
Pada palpasi klien
dengan pneumonia, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang
antara bagian kanan dan kiri.
b)
Gerakan suara (fremitus
vokal)
Taktil fremitus pada
klien dengan pneumonia biasanya normal.
3)
Perkusi
Klien dengan pneumonia
tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkab
apabila bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens).
4)
Auskultasi
Paada klien dengan
pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas tambahan ronkhi basah
pada sisi yang sakit.
b.
Kardiovaskuler
Pada klien dengan
pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
Inspeksi : Didapatkan
adanya kelemahan fisik secara umum.
Palpasi : Denyut nadi
perifer melemah.
Perkusi : Batas jantung
tidak mengalami pergeseran.
Auskultasi : Tekanan
darah biasanya normal.
c.
Persyarafan
Klien dengan pneumonia
yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringann berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien
tampak meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
d.
Eliminasi urin
Pengukuran volume
output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e.
Pencernaan
Klien biasanya
mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
f.
Muskuloskeletal
Kelemahan dan kelelahan
fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan
orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5.
Pola Fungsional
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan,
kelelahan, insomnia.
Tanda: Letargi,
penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat
adany/GJK kronis.
Tanda: Takikardia,
penampilan kemerahan atau pucat.
c.
Integritas ego
Gejala: Banyaknya
stresor, masalah finansial.
d.
Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan
nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
Tanda: Distensi
abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi).
e.
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala
daerah frontal (influenza).
Tanda: Perubahan mental
(bingung, somnolen).
f.
Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala,
nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal
(influenza), mialgia, artralgia.
Tanda: Melindungi area
yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
g.
Pernapasan
Gejala: Riwayat
adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda: Sputum: merah
muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi,
fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan
friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat,
atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.
h.
Keamanan
Gejala: Riwayat
gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi,
institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).
Tanda: Berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau
varisela.
i.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat
mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan: DRG
menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana pemulangan:
Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan
bila ada kondisi pencetus.
B. Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan ventilasi
spontan (00033)
2.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas (00031)
3.
Ketidakefektifan pola
napas (00032)
4.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer (00204)
5.
Gangguan rasa nyaman
(00214)
6.
Resiko kerusakan
membran mukosa oral (00247)
C. Tujuan
dan Rencana Tindakan
1.
Gangguan ventilasi
spontan (00033)
NOC : Status Pernapasan Ventilasi (0403)
Kriteria hasil :
a.
Frekuensi pernapasan
b.
Irama pernapasan
c.
Kedalaman inspirasi
d.
Volume tidal
e.
Kapasitas vital
f.
Dispnea saat istirahat
g.
Ortopnea
h.
Akumulasi sputum
i.
Gangguan ekspirasi
NIC : Manajemen ventilasi mekanik :
invasif (3300)
a.
Monitor kondisi yang
mengidentifikasikan perlunya dukungan ventilasi (mis. Kelelahan otot
pernapasan, disfungsi neurologi akibat trauma sekunder, anastesi, overdosis
obat, asidosis respirtori refraktorik)
b.
Monitor apakah terdapat
gagal napas
c.
Monitor adanya
penurunan volume yang dihembuskan dan peningkatan tekanan pernapasan
d.
Berikan agen paralisis
otot, sedasi, dan analgetik narkotik sesuai kebutuhan
e.
Berikan suhan untuk
menghilangkan distress pasien (mis pengaturan posisi, terapi bronkodilator,
sedasi, analgetik)
f.
Lakukan suction jika
ada suara napas abnormal
g.
Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi
h.
Tingkatkan cairan yang
adekuat dan asupan nutrisi
i.
Berikan perawatan mulut
secara rutin
j.
Tingkatkan pengkajian
secara rutin mengenai adanya kriteria penyapihan ( mis hemodinamik, serebral,
stabilisasi metabolik, kemampuan untuk memulai pernapasn)
k.
Monitor kondisi post
extubasi (mis pembengkakan glotis, stridor, spasme laring, sianosis trakeal)
2.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas (00031)
NOC : Status pernapasan : kepatenan
jalan napas (0410)
Kriteria hasil :
a.
Ferekuensi pernapasan
b.
Irama pernapasan
c.
Kedalaman inspirasi
d.
Kemampuan untuk
mengeluarkan sekret
e.
Suara napas tambahan
f.
Dispnea saat istirahat
g.
Batuk
h.
Akumulasi sekret
NIC : Manajemen jalan napas buatan (3180)
a.
Monitor suara
ronkhi/creacles di jalan napas
b.
Monitor warna, jumlah
dan konsistensi mukus/sekret
c.
Lakukan perawatan
rongga mulut
d.
Monitor penurunan
volume ekspirasi dan peningkatan tekanan inspirasi pada pasien dengan
ventilator
e.
Jia diperlukan lakukan perlindungan
untuk dekanulasi spontan (mis berikan tali/plaster, obat sedatif, agen pelumpuh
otot, memasang pengekangan pada tangan)
3.
Ketidakefektifan pola
napas (00032)
NOC : Status Pernapasan (0415)
Kriteria hasil :
a.
Frekuensi pernapasan
b.
Irama pernapasan
c.
Kedalaman inspirasi
d.
Volume tidal
e.
Kapasitas vital
f.
Saturasi oksigen
g.
Sianoosis
h.
Gangguan kesadaran
i.
Dispnea saat istirahat
NIC : Penghisapan lendir jalan napas
(3160)
a.
Lakukan tindakan cuci
tangan
b.
Lakuakan universal
precaution
c.
Tentukan perlunya
suction mulut
d.
Monitor saturasi
oksigen pasien, status neurologis, status hemodinamik
4.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer (00204)
NOC : Perfusi jaringan perifer (0407)
Kriteria hasil :
a.
Pengisian kapiler jari
b.
Suhu kulit ujung tangan
dan kaki
c.
Tekanan darah sistolik
d.
Tekanan darah diastolik
e.
Nilai rata-rata tekanan
darah
f.
Muka pucat
NIC : Perawatan sirkulasi : Alat bantu
mekanik (4064)
a.
Lakukan penilaian
sirkulasi perifer secara komprehensif
b.
Berikan agen inotropik
yang sesuai
c.
Monitor nilai
elektrolit
d.
Monitor intake dan output
cairan
e.
Berikan antibiotik
profilaksis
f.
Berikan nutrisi
parenteral
5.
Gangguan rasa nyaman
(00214)
NOC : Status kenyamanan ; fisik (2010)
Kriteria hasil :
a.
Relaksasi otot
b.
Posisi yang nyaman
c.
Kepatenan jalan napas
d.
Saturasi oksigen
e.
Sesak napas
NIC : Manajemen nyeri (1400)
a. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan faktor pencetus
b. Berikan
informasi mengenai nyeri
c. Pastikan
perawatan analgetik bagi pasien
d.
Observasi adanya
petunjuk nonverbal
e.
Pilih dan
implementasikan tindaan yang beragam
6.
Resiko kerusakan
membran mukosa oral (00247)
NOC : Kesehatan mulut (1100)
Kriteria hasil :
a.
Kebersihan mulut
b.
Kebersihan gusi
c.
Kebersihan gigi
d.
Kebersihan lidah
e.
Kelembaban bibir
f.
Warna membran mukosa
g.
Integritas mukosa mulut
h.
Nyeri
NIC : Pemeliharaan kesehatan mulut
(1710)
a.
Lakukan perawatan mulut
secara rutin
b.
berikan pelumas untuk
melembabkan bibir
c.
Monitor kondisi mulut
d.
Konsultasikan dengan
dokter jika da kekeringan dalam mulut, iritasi, dan ketidaknyamanan dalam mulut
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
and Suddart. 2014. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Depkes.
2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Laporan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Publishing.
Manurung, Santa.
2009. Gangguan Sitem Pernapasan Akibat Infeksi. Jakarta : EGC.
Muttaqin,
Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.
Ngastiyah.
2009. Perawatan Anak Sakit: Edisi 3.
Jakarta: EGC
Zul
Dahlan. 2008. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC.
Comments
Post a Comment