Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
TERAPI KEJANG LISTRIK (ELECTRO CONVULSIVE
THERAPY/ ECT)
A.
Pengertian
Terapi ECT adalah suatu pengobatan untuk
menimbulkan kejang grand mal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples. (Stuart Sundeen,
2007).
Electro Convulsive Therapy/ ECT merupakan
suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat dimana pemberian arus listrik
singkat pada kepala digunakan untuk kejang tonik klonik umum. (Szuba and Doupe,
1997).
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu
kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (therapeutic clonic seizure)
setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana
seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat meningkatkan
kadar serum brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada pasien depresi yang
tidak responsif terhadap terapi farmakologis.
Terapi ini menghasilkan kejang-kejang
karena pengaruh aliran listrik yang diberikan pada pasien melalui
elektroda-elektroda pada lobus frontalis. Dalam electroconvulsive terapi, arus
listrik dikirim melalui kulit kepala ke otak. Elektroda ditempatkan pada kepala
pasien dan dikendalikan, menyebabkan kejang-kejang singkat di otak.
B.
Prinsip Terapi
Secara umum, diperlukan 2 atau 3 kali perawatan
sebelum efek terlihat, dan 4-5 kali pengobatan untuk perbaikan nyata. Kini, jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang
bervariasi pada tiap pasien tergantung pada masalah pasien dan respons
terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan.
1. Biasanya diberikan satu terapi per hari
berselang-seling.
2. Rentang jumlah yang paling umum dilakukan
pada pasien dengan gangguan afektif atau depresi antara 6 sampai 12 kali, mania
dan katatonik membutuhkan 10-20 terapi, sedangkan pada pasien skizofrenia
biasanya diberikan sampai 30 kali.
3. ECT biasanya diberikan sampai tiga kali
seminggu atau setiap beberapa hari, selama dua hingga empat minggu. Jika
efektif, perubahan perilaku sudah mulai terlihat setelah 2-6 terapi.
4. Antidepresan rumatan, antipsikotik dan
lithium dilanjutkan sesudah ECT berhasil karena dapat mencegah kekambuhan.
Tanpa medikasi, angka kekambuhan tinggi.
5.
ECT harus segera dihentikan setelah pasien pulih atau jika mereka
mengatakan mereka tidak ingin menjalaninya lagi.
C.
Indikasi Pemberian ECT
ECT adalah suatu prosedur yang serius,
gunakan hanya pada keadaan yang direkomendasikan. Sangat tidak bijaksana jika
kita melakukannya pada setiap pasien yang tidak membaik.
Electroconvulsive terapi digunakan untuk
mengobati :
1.
Gangguan afek yang berat : pasien dengan penyakit depresi berat atau
penyakit mental lainnya dan gangguan bipolar (mania) yang tidak berespon
terhadap obat anti depresan atau pada pasien yang tidak dapat menggunakan obat
karena cukup beresiko (terutama pada orang tua yang memiliki kondisi medis).
ECT adalah salah satu cara tercepat untuk mengurangi gejala pada orang yang
menderita mania atau depresi berat. ECT umumnya digunakan sebagai langkah
terakhir ketika penyakit tidak merespon obat atau psikoterapi. Pasien dengan
depresi menunjukkan respons yang baik dengan ECT 80-90% dibandingkan dengan
antidepresan 70% atau lebih). Terapi ECT biasanya tidak efektif untuk mengobati
depresi yang lebih ringan, yaitu gangguan disritmik atau gangguan penyesuaian
dengan perasaan alam depresi.
2.
Gangguan skizofrenia (Katatonia, stupor, paranoid, kegaduhan akut) :
skizofrenia katatonik tipe stupor atau tipe excited memberika respon yang baik
dengan ECT. Cobalah anti psikotik terlebih dahulu, tetapi jika kondisinya
mengancam kehidupan (delirium hyperexcited), segera lakukan ECT. Pasien
psikotik akut (terutama tipe skizoafektif) yang tidak berespons pada medikasi
saja mungkin akan membaik jika ditambahkan ECT, tetapi pada sebagian besar
skizofrenia kronis, ECT tidak terlalu berguna/ tidak efektif.
3.
Pasien dengan bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu
pengobatan untuk dapat mencapai efek terapeutik.
ECT juga digunakan ketika pasien parah menimbulkan ancaman bagi diri mereka
sendiri atau orang lain dan itu berbahaya bila menunggu sampai obat-obatan
berpengaruh.
4.
Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung/ gangguan
hantaran jantung yang sudah ada sebelumnya dan selama masa kehamilan khususnya
trimester pertama (ECT lebih aman untuk kehamilan). Namun diperlukan
pertimbangan khusus jika ingin melakukan ECT bagi ibu hamil, anak-anak dan lansia
karena terkait dengan efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
5.
Pada pasien hypoaktivitas
dan hiperaktivitas, kurang tidur, gangguan makan/minum dan perilaku bunuh diri
dan lain-lain.
D.
Kontra Indikasi Pemberian ECT
Pasien dengan gangguan mental disertai
adanya gangguan system kardiovaskuler dan adanya tumor pada otak.
1.
Resiko sangat tinggi
a.
Pasien dengan masalah pernapasan berat yang tidak mampu mentolerir efek
anestesi umum.
b.
Peningkatan tekanan intracranial (karena tumor otak, hematoma, stroke yang
berkembang, aneurisma yang besar, infeksi SSP), ECT dengan cepat meningkatkan
tekanan SSP dan resiko herniasi tentorium. Selalu periksa adanya papiledema
sebelum melakukan ECT.
c.
Infark Miokard baru atau penyakit miokard berat : ECT sering menyebabkan
aritmia (aritmia menimbulkan CVP pasca kejang atau kapan saja saat melakukan
prosedur ECT) berakibat fatal jika terdapat kerusakan otot jantung. Tunggu
hingga enzim dan EKG stabil.
2.
Resiko sedang
a.
Osteoartritis berat, osteoporosis atau fraktur yang baru : siapkan selama
terapi (pelemas otot)
b.
Penyakit kardiovaskuler (misal hipertensi, angina aneurisma/ Angina tidak
terkontrol, aritmia, Gagal jantung kongestif), berikan premedikasi dengan
hati-hati, dokter spesialis jantung hendaknya berada di sana. ECT untuk
sementara meningkatkan tekanan darah, sehingga hipertensi primer berat harus
terkontrol, paling tidak sebelum setiap pengobatan.
c.
Infeksi berat, cedera serebrovaskular (Cerebrovascular accident/ CVA) baru,
kesulitan bernafas yang kronis, ulkus peptic yang akut, Osteoporosis berat,
fraktur tulang besar, glaukoma, retinal detachment.
E.
Efek Samping dari Pemberian ECT
Efek samping ECT secara fisik hampir mirip
dengan efek samping dari anesthesia umum. Secara psikis efek samping yang
paling sering muncul adalah kebingungan dan memory loss (75% kasus) setelah beberapa
jam kemudian (biasanya hilang satu minggu sampai beberapa bulan setelah
perawatan). Biasanya ECT akan menimbulkan amnesia retrograde terhadap peristiwa
tepat sebelum masing-masing pengobatan dan anterograde, gangguan kemampuan
untuk mempertahankan informasi baru. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa ECT
dapat merusak struktur otak. Namun hal ini masih diperdebatkan karena masih
belum terbukti secara pasti.
Efek samping khusus yang perlu
diperhatikan :
1.
Cardiovaskuler :
a.
Segera : stimulasi parasimpatis (bradikardi, hipotensi)
b.
Setelah 1 menit : Stimulasi simpatis (tachycardia, hipertensi, peningkatan
konsumsi oksigen otot jantung, dysrhythmia)
c.
ECT dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau kematian (kasus yang
sangat jarang). Orang dengan masalah jantung tertentu biasanya tidak
diindikasikan untuk ECT.
2.
Efek Cerebral :
a.
Peningkatan konsumsi oksigen.
b.
Peningkatan cerebral blood flow
c.
Peningkatan tekanan intra cranial
d.
Amnesia (retrograde dan anterograde) – bervariasi, dimulai setelah 3-4
terapi, berakhir 2-3 bulan atau lebih. Lebih berat pada terapi dengan metode
bilateral, jumlah terapi yang semakin banyak, kekuatan listrik yang meningkat
dan adanya organisitas sebelumnya.
3.
Efek lain :
a.
Peningkatan tekanan intra okuler
b.
Peningkatan tekanan intragastric
c.
Kebingungan (biasanya hanya berlangsung selama jangka waktu yang singkat),
pusing.
d.
Mual, Headache/ sakit kepala, nyeri otot.
e.
Fraktur vertebral dan ekstremitas dan Rahang sakit. Efek ini dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jarang terjadi bila
relaksasi otot baik.
f.
Resiko anestesi pada ECT
g.
Kematian dengan angka mortalitas 0,002%
F.
Perlengkapan Untuk Terapi ECT
1.
Perlengkapan dan peralatan tindakan, termasuk perekat electrode dan gel,
kasa, alcohol, larutan garam (saline), electrode EEG, dan kertas grafik.
2.
Perlengkapan untuk memantau, termasuk Elektro Kardio Graf (EKG) dan
electrode EKG.
3.
Alat pengukur tekanan darah (2), stimulator saraf perifer dan oksimeter
denyut nadi.
4.
Stetoskop.
5.
Palu reflex.
6.
Peralatan untuk intravena.
7.
Balok penggigit dengan tempatnya.
8.
Alat pengikat dengan kasur yang keras dan berisi pengaman dengan tempat
berbaring yang dapat diangkat bagian kaki dan kepala.
9.
Peralataqn penghisap lendir (suction).
10. Perlengkapan ventilasi, termasuk selang,
masker. Saluran udara oral, perlengkapan intubasidengan system pemberian
oksigen yang dapat memberikan tekanan oksigen positif.
11. Obat-obat untuk keadaan darurat
sebagaimana yang direkomendasikan oleh staf anestesi.
12. Berbagai obat-obatan yang tidak disiapkan
oleh staf anestesi untuk pengobatan medic selama ECT seperti labetalol, emolol,
glikopirolate, karein, kurare, midazolam, diazepam, thiopental sodium
(pentotal), metoheksital sodium (brevital) dan suksinilkolin.
DAFTAR PUSTAKA
Tomb
David.A. : House Officer Series, Baltimore : Williams and Wilkins, 1999.
Guze
B, Richelmer S, Siegel DJ. : The Handbook of Psychiatry, California : UCLA
Neuropsychiatric Institute, Year Book Medical Publisher, 1990.
Sadock
BJ, Sadock VA. : Pocket Handbook of Clinical Psychiatry, Fourth Edition,
Baltimore : Williams and Wilkins, 2005.preplaning-ECT.azam.blogspot.co.id
Comments
Post a Comment