Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
KONSEP
STEMI
A. Pengertian
Muttaqin,
A (2013) mengatakan di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah I, Infark Miokard
Akut di definisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini
sebagian besar disebabkan oleh terjadinya thombosis, vasokontriksi reaksi
inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan ini dapat pula
disebabkan oleh spasme arteri kororner, emboli atu vaskulitis.
Smetzer
and Bare (2009) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, Infark Miokard
mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah kororner berkurang.
Mosby
(2011) di dalam buku medical surgical nursing mengukakan bahwa “Myocardial
infarction is a serious manifestation of coronary artery disease and is part of
the spectrum referred to as acute coronary syndrom”. “Infark miokard adala
sebuah manifestasi yang serius dari denyut nadi penderita penyakit serangan
jantung dan bagian dari sebuah spectrum yang ditunjuk sebagai kumpulan gejala
serangan jantung yang parah”.
B. Klasifikasi
Infark Miokard Akut dengan STEMI
Menurut Morton (2012)
di dalam buku keperawatan kardiovaskular, yang termasuk Infark Miokard Akut,
yaitu:
1.
Aterosklerosis
Suatu penyakit pada
arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut plak ateromotosa timbul
pada permukaan dalam dinding arteri sehingga mempersempit bahkan menyumbat
suplai aliran darah ke arteri bagian distal.
2.
Sindrom Koroner Akut
Mencakup angina tidak
stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil mengacu pada nyeri dada.
Klien yang mengalami infark miokard akut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi
salah satu dari dua kelompok yang mengalami infark dengan evaluasi segmen ST
dan klien yang mengalami infark miokard dengan evaluasi non segmen ST.
a.
Infark Miokard Akut
dengan Elevasi ST (STEMI)
Umunya terjadi jika
aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
atero sklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
lp-STEMI.azam.bloggespot.com
b.
Infark Miokard Akut
Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)
Disebabkan oleh
penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang di
perberat oleh obstruksi koroner.
3.
Angina Pektoris
Istilah yang digunakan
untuk menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
penyakit arteri koroner, klien dapat menggambarkan sensasi seperti tekanan,
rasa penuh, diremes, berat atau nyeri. Yang lain dari bahasa latin angina
berarti mencekik. Angina pektoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversibel
dan sementara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan suplai oksigen miokardium yang berasal dari penyempitan arterosklerosis
arteri koroner.
C. Etiologi
Infark Miokard Akut dengan STEMI
Nurarif dan Kusuma
(2013) mengemukakan bahwa etiologi Infark Miokard Akut dengan STEMI yaitu:
1.
Faktor penyebab
a.
Suplai oksigen ke
miocard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
1)
Faktor pembuluh darah:
Arterosklerosis, spasme, arteritis
2)
Faktor sirkulasi:
Hipotensi, stenosus aorta, insufiensi
3)
Faktor darah: Anemia,
hipoksemia, polisitemia
b.
Curah jantung yang
meningkat
1)
Aktivitas berlebihan
2)
Emosi
3)
Makanan terlalu banyak
4)
Hypertiroidisme
c.
Kebutuhan oksigen
miokard meningkat pada:
1)
Kerukaskan miokard
2)
Hypertropimiokard
3)
Hypertensi diastolik
2.
Faktor predisposisi
a.
Faktor resiko biologis
1)
Usia lebih dari 40
tahun
2)
Jenis kelamin : insiden
pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
3)
Hereditas
4)
Ras : lebih tinggi pada
kulit hitam
b.
Faktor resiko yang
dapat diubah:
1)
Mayor:
Hiperlipidemia,
hipertensi, merokok, diabetes mellitus, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan
kalori
2)
Minor:
Inaktifitas fisik, pola
kepribadian tipa A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), strespsikologis
berlebihan.
D. Manifestasi
Klinis ST Elevasi Infark Miokard Akut
Nurarif dan Kusuma
(2013) mengatakan manifestasi klinis ST Elevasi Infark Miokard Akut
1.
Lokasi substernal,
rerosternal, dan prekordial
2.
Sifat nyeri : rasa
sakit, seperti di tekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, seperti di
tusuk, rasa diperas, dan di pelintir.
3.
Nyeri hebat pada dada
kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
4.
Nyeri membaik dengan
istirahat atau dengan obat nitrat.
5.
Faktor pencetus :
latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan
6.
Gejala sulit bernafas,
cemas dan lemas.
7.
Dispnea
8.
Pada pemeriksaan EKG
E.
Patofisiologi Infark
Miokard Akut dengan STEMI
Wijaya
& Putri (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 patofisiologinya
adalah Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan selular yang ireversibel dan kematian otot atau neokrosis. Bagian
miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara
permanent. Jaringan Yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik
yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir tergantung dari nasib daerah
iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah
infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil
daerah nekrosis.
lnfark
miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. lnfark digambarkan lebih lanjut
sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior
mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang
infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot
yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama
berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak
memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu
24 jam timbul edema pada selsel, respon peradangan disertai infiltrasi
leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari
kedua atau ketiga mulaiproses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut
nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu
ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa
menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada
minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
Infark
miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis
kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga mengalami
gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan
perubahan-perubahan seperti pada iskemia : (1) Daya kontraksi menurun, (2)
Gerakan dinding abnormal, (3) Perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4)
Pengurangan curah sekuncup, (5) Pengurangan fraksi ejeksi, (6) Peningkatan
volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan (7) Peningkatan tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri.
Peningkatan
frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatik dapat memperbaiki
fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi resistensi
perifer total, dengan demikian tekanan rata-rata artena akan meningkat.
Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan
alir balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang
meningkat akan meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya
fungsi ventrikel maka dipadukan tekanan pengisian diastolik yang lebih tinggi
agar curah sekuncup dapat dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian
diastolik dan volume ventrikel akan menegangkan serabut miokardium, dan dengan
demikian meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai hukum Starling. Tekanan
pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air
oleh ginjal. Akibatnya, infark miokardium biasanya disertai pembesaran
ventrikel kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat
terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya
kontraksi dan pengosongan ventrikel. Secara ringkas, terdapat serangkaian
refleks yang dapat mencegah memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi : (1)
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) Vasokontriksi umum, (3)
Retensi natrium dan air, (4) Dilatasi ventrikel, (5) Hipertrofi ventrikel.
Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan umum
dengan meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen (Price, Silvia. 2009).
F.
Komplikasi ST Elevasi
Miokard Infark Akut
Wijaya dan Putri (2013)
di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, komplikasi Infark Miokard Akut
sebagai berikut :
1.
Disritmia
Komplikasi paling
sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor
predisposisi adalah: 1) Iskemia Jaringan, 2)Hipoksemia, 3) Pengaruh Sistem
Saraf Para-Simpatis dan Simpatis, 4) Asidosis laktat, 5) Kelainan Hemodinamik,
6) Keracunan Obat, dan 7) Gangguan Keseimbangan Elektrolit.
2.
Gagal Jantung Kongestif
dan Syok Kardiogenik
Sepuluh dan sampai 15
persen pasien IM mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-95%.
3.
Tromboemboli
Studi pada 924 kasus
kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus pada
endokardium. Studi autopsy menunjukkan 10% kasus IM akut yang meninggal
mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limpa, atau mesenterium.
4.
Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan
dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut
Sindrom Dressler. Biasanya terjadi setelah infark transmural tetapi dapat
menyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya sementara, yang tampak
pada minggu pertama setelah infark. Nyeri dada dari Perikarditis Akut terjadi
tiba-tiba dan berat serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan
inspirasi dan biasanya dihubungkan dengan takikardia, demam ringan, dan
friction rub perikardial yang trifasik dan sementara.
5.
Ruptura Miokardium
Ruptur dinding bebas
dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10% di rumah sakit karena IM
akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur Septum Interventrikular
jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan miokard luas, dan menimbulkan Defek
Septum Ventrikel.
6.
Aneurisma Ventrikel
Kejadian ini adalah
komplikasi lambat dari IM yang meliputi penipisan, penggembungan, dan
hipokinesis dari dinding ventrikel kiri setelah infark transmural. Aneurisma
ini sering menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding ventrikel, dengan
pengembungan keluar segmen aneurima pada kontraksi ventrikel. Kadang-kadang
aneurisma ini ruptur dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi bisaanya masalah
yang terjadi disebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel atau embolisasi.
G. Pemeriksaan
Infark Miokard Akut dengan STEMI
Price, Silvia. (2009)
di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, Pemeriksaan Diagnostik infark
miokardium klasik disertai oleh trias diagnostic yang khas, yaitu:
1.
Gambaran klinis khas
yang terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat, biasanya disertai
mual, keringat dingin, muntah dan perasaan seakan-akan menghadapi ajal.
a.
Tetapi, 20%-60% kasus
infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau asimtomatik.
b.
Sekitar setengah dari
kasus ini benar-benar tersembunyi dan tidak diketemukan kelainan, dan diagnosis
melalui pemeriksaan EKG yang rutin atau pemeriksaan postmortem.
2.
Meningkatnya kadar
enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel-sel miokardium yang nekrosis.
a.
Enzim-enzim yang
dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase (CK atau CPK), Glautamat
oksaloasetat transaminase (SGOT atau GOT) dan laktat dehidrogenase (LDH).
b.
Pola peningkatan enzim
ini mengikuti perjalanan waktu yang khas sesudah terjadinya infark miokardium.
c.
Pengukuran isoenzim,
yaitu fraksi-fraksi enzim yang khas dilepaskan oleh miokardium yang rusak,
meningkatkan ketepatan diagnosis.
d.
Pelepasan isoenzim,
MB-CK merupakan petunjuk enzimatik dari infark miokardium yang paling spesifik.
e.
Troponin T dan I,
spesifik untuk kerusakan otot jantung dapat terdeteksi 2-4 jam pasca infark.
Kadar Toponin T meningkat 3-6 jam pasca serangan dan tetap tinggi selama 14-21
hari. Kadar Troponin I eningkat 714 jam pasca serangan dan tetap tinggi untuk
5-7 hari pasca serangan.
3.
Terlihat
patahan-perubahan pada elektrokardiografi, yaitu gelombang Q yang nyata,
elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.
a.
Perubahan-perubahan ini
tampak pada hantaran yang terletak di atas daerah miokardium yang mengalami
nekrosis.
b.
Sedang beberapa waktu
segmen ST dan gelombang T akan kembali normal hanya gelombang Q tetap bertahan
sebagai bukti elektrokardiograp adanya infark lama.
c.
Tetapi hanya 50% atau
75% pasien infark miokardium akut yang menunjukkan pemulihan
elektrokardiografis klasik ini.
d.
Pada 30% pasien yang
didiagnosis dengan infark tidak terbentuk gelombang Q. (Price, Silvia. 2009).
H. Penatalaksaan
Infark Miokard Akut dengan STEMI
Muttaqin, A (2012) di
dalam buku asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular
Penatalaksaan medis pada fase serangan akut dan penatalaksanaan jangka panjang,
yaitu:
1.
Penatalaksanaan medis
pada fase serangan akut sebagai berikut:
a.
Penanganan nyeri. Dapat
berupa terapi farmakologi yaitu morfin sulfat, nitrat, penghambat beta.
b.
Membatasi ukuran Infark
Miokard. Penatalaksaan yang diberikan bertujuan untuk embatasi ukuran infark
secara selektif yang dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan, atau
memulihkan sirkulasi. Keempat golongan utama terapi farmakologi yang di berikan
yaitu antikoagulan, trombolitik, antilipemik, vasodilator perifer.
c.
Pemberian oksigen.
Terapi oksigen segera dimulai saat awitan nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup
akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik oksigen
ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan. Terapi
oksigen di lanjutkan hingga klien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen
dalam darah secara bersamaan di ukur dengan pulsa-oksimetri.
d.
Pembatasan aktivitas
fisik. Istirahat merupakan cara paling efektif untuk membatasi aktifitas fisik.
Pengurangan atau penghentian seluruh aktifitas pada umumnya akan mempercepat
penghentian nyeri.
2.
Penatalaksanaan jangka
panjang
a.
Pemberian diuretik
b.
Pemberian nitrates
c.
Pemberian penghambat
beta
d.
Antilipemik
e.
Latihan fisik
f.
Memperpanjang masa
istirahat
g.
Tindakan pembedahan
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN STEMI
A. Pengkajian
Keperawatan ST elevasi Miokard Infark
Muttaqin, A (2012)
mengemukakan bahwa pengkajian pada klien dengan infark miokardium akut
merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting
untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi
status terkini dari klien melalui pengkajian sistem kardiovaskular sebagai
prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup
riwayat sebelumnya dan saat ini
khususnya yang berhubungan dengan
gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas (dispnea, palpitasi,
pingsan/sinkop), atau keringat dingin (diaforesis).
1.
Keluhan utama
Keluhan utama biasanya
nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan
pingsan.
2.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pengkajian RPS yang
mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi:
a.
Provoking incident :
nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah
diberikan nitrogliserin.
b.
Quality of pain :
seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri dapat
seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c.
Region : radiation,
relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
d.
Severity (Scale) of
pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue
scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya
pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9
(skala 0-10).
e.
Time : sifat mula
timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya
(durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh Infark
Miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih
berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark
miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat
penyakit dahulu akan sangat mendukung
kelengkapan data kondisi daaat ini. Data ini ddiperoleh dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, DM, hiperlipidemia.
Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan mengenai obat-obatan yang
biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan dengan
obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan
antihipertensi.
Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.
Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
4.
Pemeriksaan FISIK
a.
Keadaan umum
Pada pemeriksaan
keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau Compos mentis (cm) dan
akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat
b.
B1 (breathing)
Klien terlihat sesak,
frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak nafas seperti tercekik.
Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikal kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah ventrikal kiri pada saat melakukan kegiatan fisik.
Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat
istirahat.
c.
B2 (blood)
1)
Inspeksi
Inspeksi adanya
jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah
substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di
dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2)
Palpasi
Denyut nadi perifer
melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa komplikasi biasanya tidak
ditemukan
3)
Auskultasi
Teanan darah biasanya
menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark
Miokard Akut tanpa komplikasi
4)
Perkusi
Batas jantung tidak
mengalami pergeseran
d.
B3 (brain)
Kesadaran umum klien
biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan sianosis perifer. Pengkajian objek
klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, dan menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat
infark pada miokardium.
e.
B4 (bladder)
Pengukuran volume
output urine berhubungan dengan intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat
perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan Infark Miokard Akut karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
f.
B5 (bowel)
Klien biasanya
mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat
kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard
Akut
g.
B6 (Bone)
Aktivitas klien
biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak
dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur. Tanda klinis yang
lain ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun
beraktivitas.
Kaji hygienis personal
klien dengan menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
B. Diagnosa
Keperawatan Infark Miokard Akut dengan STEMI
1.
Ketidakefektifan pola
napas (00032)
2.
Nyeri Akut (00132)
3.
Penurunan curah jantung
(00029)
4.
Intoleransi aktivitas
(00092)
C. Intervensi
Keperawatan Infark Miokard Akut dengan STEMI
1.
Ketidakefektifan pola
napas (00032)
NOC : Status Pernapasan (0415)
NIC
: Bnatuan Ventilasi (3390)
a.
Monitor pernapasan dan
saturasi oksigen
b.
Posisikan untuk
mengurangi dyspnea
c.
Ajarkan teknik
pernapasan
d. Mulai
dan pertahankan oksigenasi tambahan
e.
Inisiasi tindakan
resusitasi
2.
Nyeri akut (00132)
NOC : Kontrol Nyeri
(1605)
NIC
: Manajemen Nyeri (1400)
a.
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas intensitas/beratnya nyeri, dan faktor pencetus
b.
Ajarkan penggunaan
tekik non farmakologi
c.
Berikan informasi
mengenai nyeri
d.
Pastikan perawatan
analgetik bagi pasien
3.
Penurunan Curah Jnatung
(00029)
NOC : Kefektifan Pompa Jantung (0400)
NIC
: Perawatan Jnatung : Akut (4044)
a.
Monitor parameter
hemodinamik
b.
Monitor EKG
c.
Kelola obat-obatan
d.
Lakukan terapi
relaksasi
4.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer (00204)
NOC : Perfusi jaringan perifer (0407)
NIC : Perawatan sirkulasi : Alat bantu
mekanik (4064)
a.
Lakukan penilaian
sirkulasi perifer secara komprehensif
b.
Berikan agen inotropik
yang sesuai
c.
Monitor nilai
elektrolit
d.
Monitor intake dan
output cairan
e.
Berikan antibiotik
profilaksis
f.
Berikan nutrisi
parenteral
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
I. (2014). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna
Publishing.
Putri
& Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif
AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda. Jilid 1. Jakarta: EGC
Muttaqin,
A & nurachmach. Eds. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Mosby
(2011). medical surgical nursing. Edisi 1.United States Of America
Price,
Silvia. 2009. Patofisiologi : konsep dan proses penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer
C, dan Brenda G, Bare. 2009. Keperawatan Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Comments
Post a Comment