Skip to main content

Trustworthiness of Data

  Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1.       Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2.       Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3.       Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.

terapi bermain anak menggambar

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar



B.       TUJUAN
1.         TUJUAN UMUM
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2.         TUJUAN KHUSUS
a.         Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b.        Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan dirawat
c.         Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d.        Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
e.         Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
f.         Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.










BAB III
LAMPIRAN TEORI

A.      PENGERTIAN BERMAIN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Erlita, 2006). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan  agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim, 2010).

B.       KATEGORI BERMAIN
1.         Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri. Contoh: bermain sepak bola.
2.         Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.

C.      CIRI-CIRI BERMAIN
1.         Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2.         Selalu ada timbal balik interaksi
3.         Selalu dinamis
4.         Ada aturan tertentu
5.         Menuntut ruangan tertentu

D.      KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1.      Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2.      Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3.      Skill play
4.      Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
5.      Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

E.       KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1.         Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2.         Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok


3.         Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4.         Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

F.       FUNGSI BERMAIN
1.         PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih pensil.
2.         PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3.         KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4.         PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5.         KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap orang lain.
6.         PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7.         TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8.         KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

G.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1.         Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2.         Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3.         Jenis kelamin
4.         Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5.         Alat permainan à senang dapat menggunakan
6.         Intelegensia dan status sosial ekonomi

H.      TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1.         Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.         Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3.         Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4.         Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.


I.         TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA TOODLER (1-3 TAHUN)
1.         Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan                   : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan              : Umur 1 tahun : 75 cm
            : Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2.         Tahap Perkembangan
a.         Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b.        Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi, menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c.         Stimulasi dan perkembangan anak
1)        Anak umur 12 – 18 bulan :
a)         Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
b)        Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
2)        Anak umur 18-24 bulan:
a)         Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.
b)        Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam.

J.        BERMAIN DI RUMAH SAKIT
1.         TUJUAN
a.         Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b.        Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c.        Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2.         PRINSIP
a.         Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b.        Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c.         Kelompok umur sama
d.        Melibatkan keluarga/orangtua
3.         UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN
a.         Lakukan saat tindakan keperawatan
b.        Sengaja mencari kesempatan khusus
4.         BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a.         Alat bermain
b.        Tempat bermain
5.         PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH
a.         Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
b.        Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

K.      BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
1.         Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
2.         Manfaat
a.         Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
b.        Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
c.         Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon.
d.        Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e.         Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.
f.         Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
g.        Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.





PREPLANING PROGRAM BERMAIN
PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN
DI RUANG MULTAZAM RS. PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

A.      Judul                    : Terapi bermain “mewarnai gambar”
Alasan                   : Terapi bermain “mewarnai gambar” judul ini dipilih kelompok untuk menambah pengetahuan mengenali warna, dan  mengembangkan imajinasi pada anak.
B.       Karakteristik permainan : Anak dibimbing untuk mewarnai sebuah pola yang disediakan dengan warna pilihnnya sendiri.
C.       Sasaran :
1.         Anak usia toddler (1-3 tahun)
2.         Anak yang dirawat di ruang  Multazam
3.         Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang   dapat menghalangi proses terapi bermain
4.         Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5.         Anak yang dapat memegang crayon
6.         Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar
D.      Tujuan
1.         Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2.         Tujuan Khusus
a.         Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b.        Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan dirawat
c.         Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d.        Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
e.         Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
f.         Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
E.       Waktu Pelaksanaan :
1.         Hari/Tanggal : Kamis, 23 November 2017
2.         Pukul             : 10.00 WIB
3.         Tempat          : Ruang Multazam



Setting tempat

 
 











Keterangan :
: Peserta
: Orang tua / wali

 
: Ketua
: Moderator
: Observer
: Fasilitator

F.        Media
1.         Pensil warna
2.         Tissue
3.         Karpet
4.         Kertas bergambar
5.         Lembar penilaian
6.         Meja




G.      Strategi Bermain
No.
Waktu
Kegiatan
Peserta
1.

10 menit
Pra kegiatan :
a.         Memfasilitasi media terapi bermain
b.         Mempersiapkan anggota terapi bermain
c.         Mempersiapkan peserta
2.
5 menit
Pembukaan :
a.          Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b.          Memperkenalkan diri
c.          Menjelaskan tujuan dari terapi bermain
d.         Kontrak waktu anak dan orang tua

 Menjawab salam

 Mendengarkan
Memperhatikan

 Memperhatikan
3. 
15 menit
Kegiatan bermain :
a.         Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi bermain mewarnai kepada anak
b.         Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya jika belum jelas
c.         Membagikan kertas bergambar dan pensil warna.
d.        Fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak
e.         Menanyakan kepada anak apakah telah selesai mewarnai gambar
f.          Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai
g.         Memberikan pujian terhadap anak yang mampu mewarnai gambar sampai selesai

Memperhatikan


Bingung



Antusias saat menerima peralatan
Memulai untuk mewarnai gambar
Menjawab pertanyaan
Mendengarkan

Memperhatikan
4
10 menit
Kegiatan penutup:
a.         Memotivasi anak untuk menyebutkan apa yang diwarnai
b.         Mengumumkan nama anak yang dapat mewarnai dengan baik  contoh: Membagikan reward kepada seluruh peserta

Menceritakan

Gembira

5.
5 menit
Terminasi:
a.         Memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh anak yang telah mengikuti program terapi bermain
b.         Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua
c.         Mengucapkan salam penutup

Memperhatikan



Mendengarkan

Menjawab salam

H.      Analisa Tugas
1.         Anak dibimbing memberi warna sesuai gambar yang tersedia sesuai dengan kemampuan anak masing-masing.
2.         Anak dibimbing memilih warna sesuai warna kesukaannya sendiri.
3.         Anak dilatih untuk mewarnai gambar sesuai garis pola yang tersedia.
4.         Kriteria Penilaian:
a.         Berhasil bila anak mewarnai dengan 5 warna yang berbeda (nilai 100).
b.        Anak mewarnai dengan 3 warna yang berbeda (75).
c.         Anak mewarnai dengan 2 warna (50).
d.        Anak tidak memberi warna pada gambar yang tersedia (0).
I.         Aspek Kognitif
1.         Pengetahuan atau hafalan anak tentang warna,missal daun berwarna hijau.
2.         Pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.
3.         Penerapan anak member warna hijau pada daun.
J.         Aspek Psikomotor
1.         Motorik halus
Pengetahuan dan pemahaman anak tentang gambar.contoh: mengerti bahwa itu gambar bunga.
2.         Motorik kasar
Anak dibimbing untuk mewarnai gambar berpola.
Hasilnya dapat diukur melalui
a.         Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku anak selama proses bermain.
b.        Anak mampu mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir.
K.      Aspek Afektif
Anak dapat member respon rangsangan dari pembimbing.
L.       Aspek Sosial
Anak dapat berinteraksi dengan ibu,teman sebaya dan pembimbing.
M.     Perkiraan Hambatan :
1.         Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan
2.         Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
N.      Antisipasi Hambatan/Masalah
1.         Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2.         Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.
O.      Pengorganisasian
1.         Ketua kelompok : Abdullah Azam Mustajab
Tugas : Pengkoordinir anggota kelompok dan mengawasi jalannya acara dari awal hingga akhir
2.         Moderator : Dani Okta
Tugas : Mengawal dan mengawasi jalannya terapi yang menjadi tanggung jawab agar berjalan sesuai dengan topic
3.         Observer : Widya Kurnia Dani
Tugas : Membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi yang direkam dalam bentuk nilai tertentu sebagai refleksi dari penilaian skala observasi terapi bermain.
4.         Fasilitator : Sabar Nugroho, Sri Wahyuni, M. Fatonah, Hety Sulistyowati dan Yuliana
Tugas : Memfasilitasi peralatan yang dibutuhkan agar tujuan dari terapi bermain dapat tercapai.
5.         Anak : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang perawatan.

P.        Kriteria evaluasi
1.         Evalusi Struktur
a.         Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b.        Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Multazam.
c.         Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2.         Evaluasi Proses
a.         Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b.        Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c.         Tidak  terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3.         Kriteria Hasil
a.         Anak terlihat senang dan gembira
b.        Kecemasan anak berkurang
c.         Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d.        Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai






DAFTAR PUSTAKA
Donna , L. Wong,. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA
Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year

Book. Toronto Canadaterapi-bermain-anak.menggambar.blogspot.co.idterapi-bermain-menggambar.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

LP NSTEMI

KONSEP DASAR NSTEMI A.       PENGERTIAN NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2009). Unstable Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui merupakan suatu kesenambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard  berupa peningkatan biomarker jantung (Sudoyo, 2009). Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyeb

WOC DISTRESS SPIRITUAL

Diagnosa nanda nic noc ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)