Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1. Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2. Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3. Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
Pokok Bahasan : Abortus
Sub Pokok
Bahasan : Abortus pada kehamilan
Tempat : Ruang Muzdalifah
Waktu : 40 menit
A.
TUJUAN
1.
TIU
Setelah melakukan kegiatan
penyuluhan tentang abortus selama 40 menit, diharapkan para ibu hamil mampu
memahami dan dapat mencegah terjadinya abortus pada kehamilan berikutnya.
2.
TIK
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu
dapat mengetahui dan mengerti tentang :
a.
Pengertian Abortus
b.
Penyebab Abortus
c.
Jenis- jenis Abortus
d.
Tanda dan gejala Abortus
e.
Penatalaksanaan Abortus
f.
Pencegahan Abortus
B.
MANFAAT
Dapat memberikan pengetahuan bagi
ibu tentang abortus
C.
METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
D.
MEDIA
Leaflet dan Lembar balik
E. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1.
Matrik Penyuluhan
Materi pokok
|
Kompetensi dasar
|
Indikator/kriteria penilaian/ TIK
|
Aspek kompetensi
|
Waktu
|
Metode
|
Media
|
||
K
|
A
|
P
|
||||||
Abortus
|
Memahami abortus pada kehamilan
|
09.00-10.00 WIB
|
1.Ceramah
2. Tanya jawab
|
Leaflet dan flipchart
|
2.
Langkah Penyuluhan
NO
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Waktu
|
Kegiatan Peserta
|
1
|
Pembukaan:
|
10 menit
|
Sasaran mendengarkan serta memperhatikan para penyuluh
|
2
|
Pelaksanaan:
|
15 menit
|
Sasaran mendengarkan , memperhatikan dan mengerti tentang materi yang
disampaikan
|
3
|
Evaluasi:
|
15 menit
|
Ada respon dari sasaran dengan menanyakan tentang materi yang tidak
mengerti dan membingungkan
|
4
|
Penutup:
|
10 menit
|
Sasaran dapat menyebutkan isi materi yang telah disampaikan
|
F.
EVALUASI
1.
Evaluasi Persiapan
a.
Menyiapkan
materi tentang Abortus
b.
Pengaturan
tempat dan waktu yang tepat
c.
Melakukan kontrak waktu dengan
peserta untuk dilakukan pendidikan kesehatan tentang Abortus
d.
Menyiapkan Lembar
balik dan leaflet tentang Abortus yang digunakan sebagai media SAP.
2.
Evaluasi proses
a.
Peserta bersikap kooperatif
terhadap penjelasan yang diberikan oleh penyaji/ perawat
b.
Peserta terlibat secara aktif dalam proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil: tes lisan pada akhir kegiatan warga :
a.
80 % Mampu menyebutkan pengertian Abortus
b.
80 % Mampu menyebutkan penyebab
Abortus
c.
80 % Mampu menyebutkan tanda dan
gejala Abortus
d.
80 % Mampu menyebutkan penatalaksanaan dari Abortus
e.
80 % Mampu menyebutkan pencegahan
dari Abortus.
MATERI :
A.
Pengertian
Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan ( Sarwono, 200)
B.
Penyebab Abortus
1.
Faktor ibu
a.
Infeksi akut : virus (cacar,
rubella, hepatitis, herpes simplex),bakteri (salmonella tphy), parasit
(plasmodium).
b.
Infeksi kronis : sifilis, TB paru
aktif, keracunan (keracunan tembaga, air raksa, timah).
c.
Penyakit kronis : hipertensi,
nepritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung.
d.
Gangguan fisiologis : syok,
ketakutan.
e.
Trauma fisik
f.
Usia ibu saat hamil kurang dari
20 tahun dan lebih dari 30 tahun (usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun). Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan
fisik belum matang, selain itu pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih
muda tergantung pada orang lain. Abortus dapat juga terjadi pada ibu yang tua
usianya meskipun mereka telah berpengalaman, namun kondisi badan dan
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
intra uterin.
g.
Jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat: jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin
kurang baik (menyebabkan abortus), persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
2.
Faktor janin : Dimana terjadi
gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta contohnya abnormal
pembentukan plasenta, kelainan kromosom (monosomi, trisomi).
3.
Faktor eksternal : Dapat
disebabkan oleh radiasi, obat-obatan,merokok, alcohol, kopi, dan bahan kimia.
C.
Jenis-jenis abortus
Abortus spontanea (abortus yang
berlangsung tanpa tindakan)
1.
Abortus iminens
Adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus iminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau
nyeri tumpul digaris tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan
selama beberapa minggu.Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat
dilanjutkan.
2.
Abortus insipiens
Adalah peristiwa perdarahan
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan keluar perdarahan bertambah.
3.
Abortus inkomplit
Adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus,
cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit
4.
Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil
konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium
uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.
5.
Missed abortion
Adalah kematian janin berusia
sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.Missed abortion biasanya di dahului oleh abortus iminens yang
kemudian menghilang secara spontan, atau setelah pengobatan.Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi, uterus mengecil, tes kehamilan
menjadi negative.
6.
Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang
terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.Pada umumnya penderita tidak sukar
menjadi hamil, tetapi kehamilannnya berakhir sebelum 28 minggu.
7.
Abortus provokatus (abortus yang
sengaja dibuat)
a.
Kondisi yang memungkinkan
dilakukan tindakan abortus provokatus adalah ibu dengan perdarahan
terus-menerus atau jika janin telah meninggal, ibu dengan mola hidatidosa,
infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis (akibat pemerkosaan), ibu
dengan kanker servik, kanker payudara, hipertensi, TB paru aktif, DM yang
disertai komplikasi vaskuler, epilepsy, hiperemsis gravidarum yang berat, telah
berulang kali mengalami operasi Caesar, dan ibu dengan gangguan jiwa disertai
kecenderungan untuk bunuh diri.
b.
Abortus provokatus kriminalis, Abortus
provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya yaitu :
1)
Alasan kesehatan, dimana ibu
tidak cukup sehat untuk hamil.
2)
Alasan psikososial, dimana ibu
sendiri enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
3)
Kehamilan diluar nikah.
4)
Masalah ekonomi, menambah anak
berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5)
Masalah social, misalnya kuatir
adanya penyakit keturunan, janin cacat.
6)
Kehamilan yang terjadi akibat
pemerkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
7)
Adanya kegagalan kontrasepsi juga
termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
D.
Tanda dan gejala abortus
1.
Terlambat haid atau amenorhe
kurang dari 20 minggu.
2.
Pada pemeriksaan fisik : keadaan
umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut
nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.
Perdarahan pervaginam mungkin
disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4.
Rasa mules atau kram perut
didaerah atas simpisis, sering nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
E.
Penatalaksanaan abortus
1.
Abortus iminens
a.
Istirahatkan baring.
b.
Observasi perdarahan.
c.
Hindarkan koitus
d.
Terapi hormone progeteron
intramuscular atau dengan berbagai zat.
e.
Pemeriksaan USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
2.
Abortus insipiens
Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
a.
Jika usia kehamilan kurang darim
16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi
tidak dapat segera lakukan :
1)
Berikan ergomefrin 0,2/i.m (dapat
di ulang setiap 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat di
ulang setiap 4 jam bila perlu).
2)
Segera lakukan persiapan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b.
Jika usia kehamilan lebih dari 16
minggu
1)
Tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
2)
Jika perlu, lakukan pemasangan
infuse 20 unit oksitoksin dalam 500 ml cairan intravena (Nacl atau RL dengan
kecepatan 40 tts/mnt untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi).
3)
Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
3.
Abortus inkomplit
a.
Jika perdarahan tidak seberapa
banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan. secara
digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
miso prostol 400 mcg per oral.
b.
Jika perdarahan banyak atau terus
berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan
:
Aspirasi vakum manual merupakan
metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat
dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
c.
Jika kehamilan lebih dari 16
minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol
200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
(maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
d.
Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
4.
Missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion
dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan.
Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi
apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati,
dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
F.
Pencegahan abortus
1.
Usia ibu untuk hamil dan bersalin
tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun.
2.
Pentingnya untuk melakukan
pemeriksaan dini sebelum hamil untuk mendeteksi adanya masalah-masalah
kesehatan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
3.
Kehamilan harus direncanakan,
sudah siap secara emosional dan fisik untuk menjadi orangtua.
4.
Mengatur jarak kehamilan dan
bersalin agar tidak terlalu dekat.
5.
Pemeriksaan kehamilan secara
teratur di polindes atau puskesmas.
6.
Selama hamil trimester I atau
hamil muda harus istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan teratur,
menghindari diri dari trauma fisik, pemeriksaan kehamilan secara teratur,
menghindari bahaya radiasi, tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas, tidak
mengkonsumsi bahan makanan/minuman yang mengandung bahan kimia, tidak merokok,
minum kopi dan minuman beralkohol.
REFERENSI
Αlimul Hidayat,
Aziz. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
Ranuh.dkk.
2008.Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : IDAI
Comments
Post a Comment