Skip to main content

Trustworthiness of Data

  Menurut Guba dan Lincoln kriteria penelitian dapat dipercaya dalam menampilkan fenomena yang mendukung keakuratan penelitian, meliputi: 1.       Credibility merupakan penelitian dipercaya ketika partisipan mengakui temuan penelitian sebagai pengalamannya. 2.       Dependability merupakan data yang didapatkan stabil pada setiap waktu dan kondisi. Proses penelitian logis, dapat dilacak, dan pendokumentasian jelas. 3.       Conformability merupakan objektivitas data atau kenetralan data yang menunjukkan bahwa intepretasi dan temuan penelitian jelas berasal dari data serta sebagai petunjuk sebuah kesimpulan dan intepretasi telah di capai. Transferability merupakan generalisasi penerapan hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau kondisi yang setara.

LP askep intervensi krisis anak usia sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa seimbang maka akan bisa terjadi krisis. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda–beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal atau internal.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan masalah. Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan.
Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat merupakan perode peningkatan kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Konsep krisis di asosisasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan basanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep stress sering di hubungkan dengan konotasi negatif atau resko tinggi untuk sakit.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental. Oleh karena itu diperlukan tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan dengan  gangguan psikososial masalah krisis.

B.       Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan intervensi krisis pada anak usia sekolah.



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.      Definisi Intervensi Krisis
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis (Isacc, 2004).
Intervensi krisis adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan (Isacc, 2004).

B.       Jenis krisis
menurut Isacc (2004), jenis krisis diantaranya adalah sebagai berikut :
1.          Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja ke dewasa).
2.          Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang dicintai).
3.          Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.
C.      Definisi Usia Sekolah
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun (Friedman, 1998).

lp-intervensikrisis-usiasekolah.azam.bloggespot.com
D.      Ciri-ciri Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.         Label yang digunakan oleh orang tua
a.         Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b.        Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c.         Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2.         Label yang digunakan pendidik/guru
a.         Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b.        Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3.         Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a.         Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b.        Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c.         Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d.        Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain
      (Friedman, 1998).
E.       Perkembangan Fisik
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

F.       Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

G.      Perkembangan Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya

H.      Perkembangan Moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas. Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.

I.         Perkembangan Psikoseksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
                                                                                                                      (Friedman, 1998).
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SEHAT
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
(6-12 TAHUN)
A.      Pengertian
Adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatuyang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang baik atau tidak.
B.       Batasan Karakteristik
1.      Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah.
2.      Mempunyai rasa bersaing misalnya ingin lebih pandai dari teman, meraih juara pertama.
3.      Terlibat dalam kegiatan kelompok.
4.      Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya.
5.      Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana missal merapikan tempat tidur, menyapu, dll.
6.      Memiliki hoby tertentu missal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar,.
7.      Memiliki teman akrab untuk bermain.
8.      Tidak aa tanda bekas luka penganiayaan.
C.       Diagnosa Keperawatan

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah
 
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara,observasi, maka perawat dapat merumuskan diagnose keperawatan sebagai berikut :


D.      Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan
1.         Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
2.         Meneembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus.
3.         Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial.
4.         Mengembangkan kecerdasan.
5.         Mengembangkan nilai-nilai moral.
6.         Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
E.       Tindakan Keperawatan

1.         Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
a.         Kaji pemenuhan kebutuhan fisisk anak.
b.        Ajarkan pemberian makanan dengan gizi seimbang.
c.         Kolaborasi pemberian vitamin dan vaksinasi ulang (booster).
d.        Ajarkan kebersihan diri.
2.         Meneembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus.
a.         Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak.
b.        Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, dll).
c.         Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti vas, kotak pensil, lampion, dsb).
d.        Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain.
3.         Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial.
a.         Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak.
b.        Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman kelompoknya.
c.         Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan.
d.        Berikan hadiah atas prestasi yang diraih.
e.         Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa.
4.         Mengembangkan kecerdasan.
a.         Mengkaji perkembangan kecerdasan anak.
b.        Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya.
c.         Memberikan pendidikan dan keterampilan yang baik bagi anak.
d.        Memberikan bahan bacaan dan permainan yang meningkatkan kreatifitas.
e.         Bombing anak belajar ketrampilan baru.
f.         Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana seperti menyapu, memasak, membersihkan mobil, dll.
g.        Latih membaca, menggambar, dan berhitung.
h.        Asah dan kembangkan hobi yang dimiliki anak.
5.         Mengembangkan nilai-nilai moral.
a.         Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak.
b.        Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif.
c.         Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan.
d.        Bombing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita.
e.         Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak.
f.         Latih kedisiplinan.
6.         Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
a.         Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b.        Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak.
c.         Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga.
d.        Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan gizi seimbang.
e.         Berikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan normal pada usia sekolah.
f.         Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan usia sekolah.




DAFTAR PUSTAKA
Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta:
   EGC.
Friedman, M. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton And Lange

Comments

Popular posts from this blog

LP NSTEMI

KONSEP DASAR NSTEMI A.       PENGERTIAN NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia,2009). Unstable Angina (UA) dan Non ST Elevasi Infark Miokard diketahui merupakan suatu kesenambungan dengan kemiripan patofisiologis dan gambaran klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard  berupa peningkatan biomarker jantung (Sudoyo, 2009). Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyeb

WOC DISTRESS SPIRITUAL

LP resiko bunuh diri

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI A.       Pengertian Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010). Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009.) Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi . ( Jenny., dkk. (2010).   Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa   ) . B.        Penyebab 1.          Faktor predisposisi Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destrukti